Hidayatullah.com—Pemerintah Kuwait mengatakan Qatar siap melakukan dialog dengan Negara-negara Teluk Arab yang memutuskan hubungan dengan negara tersebut.
Menteri Luar Negeri Kuwait, Sheikh Sabah al-Khalid al-Sabah mengkonfirmasi hal tersebut pasca bertemu dengan Raja Saudi Salman Abdulaziz setelah Negara itu memutuskan hubungan dengan Doha, sebelum menuju ke Qatar untuk bertemu dengan Sheikh Tamim.
“Kuwait menegaskan kesiapan saudara-saudara di Qatar untuk memahami realitas keraguan dan kekhawatiran saudara-saudara mereka dan untuk mengindahkan upaya mulia untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas,” kata al-Sabah.
Emir Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah pada Selasa telah berangkat ke Dubai dengan harapan dapat menengahi krisis diplomatik yang terjadi antara Qatar dan negara-negara Arab lainnya, seperti yang dilaporkan Kantor Berita Kuwait.
Emir Kuwait itu ditemani oleh Menteri Luar Negeri Sabah al-Khaled al-Hamad al-Sabah dan Menteri Negara Hubungan Kabinat Mohammad al-Abdullah al-Mubarak al-Sabah, bersama pejabat tingkat tinggi lainnya, kantor berita itu melaporkan.
Kunjungan Shaikh Sabah ke Uni Emirat Arab (UAE) terjadi sebagai upaya mediasi yang sedang terjadi untuk menyelesaikan krisis diplomatik antara Qatar dan Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir dan Yaman.
Emir Kuwait telah bertemu dengan menteri luar negeri Oman setelah berkunjung ke Arab Saudi sehari sebelumnya.
Trump menekankan pentingnya kerjasama di Teluk “untuk mencegah pendanaan organisasi teroris dan menghentikan meningkatnya ideologi ekstrimis”.
Pada Senin, lima negara Arab – Arab Saudi, Mesir, UAE, Bahrain dan Yaman – tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, menuduh negara itu mendukung terorisme.
Baca: Turki Siap Memfasilitasi Negara yang Berseteru dengan Qatar Berdialog
Mauritani mengikuti jejak negara-negara itu esok harinya, sementara Yordania mengurangi hubungan diplomatiknya dengan Doha.
Arab Saudi juga menutup perbatasan darat dengan Qatar, yang secara geografis mengisolasi negara kecil itu.
Pemerintah Qatar menyangkal tuduhan-tuduhan bahwa mereka merupakan pendukung terorisme, menyebut langkah isolasi diplomatik itu “tidak dapat dibenarkan”.
*Michael Hernandez berkontribusi dalam laporan ini dari Washington. */Nashirul Har AR