Hidayatullah.com–Kelompok oposisi Suriah mengklaim bahwa rezim Suriah telah menggunakan senjata kimia pada penduduk sipil dalam serangan udara yang mereka lakukan pada wilayah Aleppo yang dikuasai oposisi meskipun genjatan senjata
Sebuah serangan udara pemerintah Suriah pada distrik yang dikuasai oposisi di Kota Aleppo menewaskan setidaknya dua orang, dalam serangan udara tersebut rezim Suriah diduga telah menggunakan serangan gas klorin, seorang anggota penolong dan para aktivis oposisi mengatakan pada Kamis.
Dalam serangan pada larut malam Rabu pada pemukiman Zabadieh wilayah timur kota tersebut terlihat pesawat pengebom setidaknya menjatuhkan empat bom gentong, salah satunya konon berisi gas klorin. Seorang ayah menceritakan momen dramatis ketika dia sulit bernafas dan meringkuk beserta keluarganya di lantai atas bangunan apartemen mereka ketika gas mulai masuk ke lorong bangunan tersebut.
Serangan gas itu terjadi beberapa jam setelah militer Rusia, yang bertempur di samping pasukan rezim Suriah dalam perang sipi, menjanjikan genjatan senjata harian selama tiga jam di Aleppo agar memberikan jalan pada bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah-wilayah yang terkepung. Letjen Sergei Rudskoi dari Staf Jenderal militer Rusia mengatakan genjatan senjata akan dilakukan pada 10 pagi hingga 1 siang waktu setempat dimulai pada Kamis, bertujuan memudahkan pengiriman bantuan.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengatakan pada Kamis bahwa laporan-laporan kemungkinan penggunaan senjata kimia di Suriah “merupakan keprihatinan besar.”
Badan yang berbasis di Belanda itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penggunaan senjata kimia oleh siapapun dalam keadaan apapun merupakan “hal yang terlarang,” menambahkan bahwa mereka terus memeriksa laporan-laporan yang mereka terima.
Khaled Harah, responder pertama di wilayah Aleppo yang dikuasai oposisi, mengatakan sebuah helicopter pemerintah menjatuhkan empat bom gentong di pemukiman Zabadieh dan salah satunya melepaskan gas klorin, menyebabkan kematian seorang ibu dan dua anaknya.
Laporan itu, yang diposting online pada Kamis, belum dapat secara independen diverifikasi dan belum jelas bagaimana gas klorin tersebut menyebar.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris, sebuah kelompok aktivis yang merekam perang sipil di Suriah, juga melaporkan bahwa bom-bom gentong rezim dijatuhkan di pemukiman tersebut.
Mereka melaporkan dua korban tewas dan beberapa orang menderita kesulitan bernafas. Badan pengawas tidak menyebutkan bahwa itu merupakan gas klorin.
Abdelkafi al-Hamdu, seorang penduduk Aleppo, mengatakan dia melihat dua serangan udara dari balkon tempat tinggalnya, sekitar 30 meter dari tempat kejadian. Dia mengatakan ledakan pertama mengeluarkan sebuah gas yang dia identifikasi dari baunya sebagai klorin, tetapi angin bertiup ke arah lain, sehingga baunya berkurang.
“Dia berlindung di apartemennya tetapi dia mulai merasakan kesulitan bernafas hebat, kemudian dia beserta istri dan anak perempuannya berusaha untuk keluar dari apartemen tersebut. Tetapi bau gas tersebut semakin kuat ketika mereka menuruni tangga, sehingga mereka kembali ke lantai yang lebih tinggi dan menunggu efek dari bom tersebut hilang,” ujarnya pada AP melalui pesan.
Tuduhan penggunaan klorin dan gas berbahaya lainnya bukan hal biasa di perang sipil Suriah, dan kedua pihak menolak menggunakan itu. Minggu lalu, pemerintah Suriah dan pejuang oposisi saling bertukar tuduhan penggunaan gas klorin, juga di Aleppo. Gas Klorin merupakan sebuah senjata mentah, berbahaya dalam konsentrasi tinggi sementara dalam dosis yang lebih rendah, gas itu dapat merusak paru-paru atau menyebabkan kesulitan pernapasan hebat dan gejala lainnya seperti muntah-muntah dan mual.
Pertempuran yang terus-menerus di Aleppo pada Kamis berujung pada genjatan senjata harian selama tiga jam oleh pihak Rusia, dua kelompok oposisi dan seorang saksi mata di kota itu mengatakan, sementara pasukan pemerintah mencoba untuk mengambil kembali wilayah yang didapat pejuang oposisi pada minggu lalu.
Rusia mengatakan pada Rabu bahwa genjatan senjata harian akan dimulai pada jam 10 pagi hingga 1 siang untuk memudahkan pengiriman suplai bantuan.
“Sejak pagi hari ini telah terdapat upaya (rezim) mengambil wilayah Ramousah. Terdapat peningkatan besar dari pergerakan pesawat tempur Rusia,” Mohammed Rasheed, juru bicara dari kelompok Jaish al-Nasr, dikutip Daily Sabah, Jumat (12/08/2016).
Televisi resmi Suriah melaporkan pada Kamis bahwa tentara rezim telah mendapat kemajuan pada Rabu malam di bawah dukungan serangan udara ke posisi-posisi di dekat wilayah yang dibebaskan oleh kelompok oposisi pada minggu lalu.
Sementara itu, serangan udara Rusia di benteng pertahanan ISIS, Raqqa pada Kamis menewaskan 30 orang termasuk 24 penduduk sipil, sebuah kelompok monitoring mengatakan.
Syrian Observatory for Human Rights mengatakan 6 anggota ISIS terbunuh dan lusinan penduduk terluka ketika 10 serangan Rusia mengguncang kota tersebut. Kelompok monitoring itu mengatakan mereka belum bisa memastikan apakah 24 orang yang tewas itu merupakan penduduk sipil atau militant ISIS.*/Nashiru Haq AR