Hidayatullah.com–Empat organisasi non pemerintah (NGO) di Suriah mengatakan, Rusia bertanggung jawab terhadap 304 serangan di Kota Aleppo yang melanggar hukum kemanusiaan internasional dan merupakan kejahatan perang.
Dalam surat mereka kepada Komisi Investigasi Independen Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Suriah, LSM tersebut mengatakan, serangan itu menyebabkan 1,207 kematian orang sipil, termasuk 380 anak-anak.
“Bukti jelas menunjukkan bahwa Rusia telah melakukan atau bersekongkol dalam kejahatan perang di Suriah,” kata LSM itu.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (16/12/2016), surat tersebut dibuat kelompok pertahanan sipil, Syrian White Helmet (Helm Putih Suriah), bersama Jaringan HAM Suriah, Asosiasi Dokter Independen dan Pusat Dokumentasi Pelanggaran. Surat dikiriam kepada Komisi Penyelidikan Suriah pada PBB yang isinya menjabarkan tudingan kejahatan perang untuk Rusia.
Surat setebal 39 halaman itu merinci sekitar 304 serangan brutal di wilayah Aleppo yang dilakukan antara Juli hingga Desember tahun ini.
Organisasi itu memberitahu komisi bersangkutan bahwa mereka siap mengajukan bukti, kesaksian dan apa saja informasi yang relevan bagi membantu penyelidikan dan mengidentifikasi pelaku kesalahan itu.
Surat itu ditujukan kepada ketua komisi terkait, Paulo Sergio Pinheiro, yang mengatakan kejahatan perang berkecamuk di Suriah, dan konflik itu menjadi ‘perang proxy berbagai pihak yang digerakkan dari luar negeri oleh jaringan kolusi’.
Organisasi bersangkutan juga mengatakan, adalah penting komisi menyelidiki dengan teliti semua tuduhan bahwa Rusia telah melanggar hukum kemanusiaan internasional dan hukum hak asasi manusia.
Dari 304 kejadian itu, termasuk 28 serangan terhadap warga sipil dan anak-anak, 101 serangan yang menyebabkan anak-anak tewas, 42 kesalahan menggunakan bom yang dilarang, 20 penggunaan senjata pembakar di area publik, 51 serangan terhadap rumah sakit, 18 terhadap sekolah dan 21 terhadap masjid.
Organisasi itu juga mendesak komisi terkait yang berbasis di Jenewa untuk juga menyelidiki lebih lanjut keterlibatan Iran dalam kejahatan perang di Aleppo.
Mereka berpendapat militan Syiah didukung oleh Iran memainkan peran penting melakukan pengepungan. Intelijen dan keamanan Iran juga memberi nasihat dan bantuan kepada tentara rezim Suriah.
“Diperkirakan 70.000 anggota paramiliter diawasi oleh Iran di Suriah, terutama terlibat dalam kekejaman terhadap warga sipil.
“Namun, di mana-mana saja campur tangan Iran, situasinya tidak lebih mengerikan daripada di Aleppo timur, di mana pada 13 Desember lalu, Iran dengan sengaja mencegah gencatan senjata untuk memindahkan ribuan orang sipil yang terperangkap,” kata mereka.
Iran Ancam Bahrain, Yaman dengan ‘Penaklukan’ seperti Aleppo
Aleppo timur yang dikuasai penentang rezim Bashar Al-Assad sejak 2012, jatuh ke tangan rezim setelah kampanye pemboman tanpa henti, dibantu Rusia dan Syiah Hizbullah, memaksa ratusan ribu penduduknya mengungsi dalam perang saudara lebih lima tahun itu.
Empat organisasi tersebut menyatakan 304 serangan itu adalah pelanggaran paling mengerikan dilakukan Rusia, terutama antara Juli dan Desember lalu di Aleppo.
Sejak serangan udara Rusia dimulai pada Oktober tahun lalu, pemboman terhadap fasilitas kesehatan meningkat dari satu serangan per empat hari, ke satu per dua hari.
“Sejak dua minggu lalu, serangan terhadap fasilitas kesehatan dan medis meningkat ke satu per sembilan jam,” kata mereka.
Organisasi itu mengatakan juga punya bukti termasuk di antaranya rekaman video yang mengidentifikasi pesawat yang bertanggung jawab atas serangan, rekaman audio yang disadap dari kokpit pesawat tempur tersebut dan amunisi yang digunakan dalam serangan.
Pada Oktober lalu, Dewan HAM PBB meminta Komisi Penyelidikan Suriah yang dipimpin oleh Paulo Pinheiro untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan perang di Aleppo. Sementara itu, menurut Komisioner Tinggi HAM PBB Zeid Ra’ad al-Hussein, serangan udara yang dilakukan pasukan pemerintah Suriah dan sekutunya di Aleppo telah menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil.*