Hidayatullah.com– Pasukan pemerintah Suriah didukung jet-jet tempur Rusia telah menyerang beberapa kota di provinsi Suriah barat laut, Idlib, menurut sumber lokal, melanggar genjatan senjata di benteng pejuang oposisi terakhir di negara itu lapor Al Jazeera pada Rabu (15/01/2020).
Para aktivis mengatakan kota Khan al-Subl, al-Hartamyeh, dan Maasaran di distrik Maaret al-Numaan digempur dengan mortir dan serangan udara pada Rabu menyusul jeda singkat pemboman oleh pasukan rezim Suriah.
“Jet-jet tempur Rusia telah menarget area tersebut sejak semalam. Mereka masih berkeliaran di langit hingga saat ini,” Sleiman Abdulkader, aktivis oposisi di Maaret al-Numaan, mengatakan pada Al Jazeera.
“Serangan udara terakhir dilaporkan terjadi di Maaret al-Numaan pada sekitar pukul 8.45 pagi ini,” katanya.
Menurut para penduduk dan petugas penyelamat, banyak kota dan desa di area itu telah kosong karena serangan pemerintah Suriah didukung Rusia yang menyebabkan ratusan ribu penduduknya mengungsi sejak itu dimulai pada April.
Tidak ada laporan korban terbunuh dalam serangan Rabu itu, meskipun beberapa orang terbunuh dalam serangan udara beberapa jam sebelum genjatan senjata – diumumkan oleh Rusia, sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan pendukung kelompok oposisi Turki – mulai berlaku pada Ahad.
Para aktivis di wilayah barat laut Suriah mengatakan serangan terbaru itu menghantam lahan pertanian, serta infrastruktur sipil termasuk sekolah, sebuah masjid, rumah dan sebuah bisnis lokal – semuanya tersebar di sepanjang desa yang terletak di dekat jalan raya M5, salah satu jalur paling penting di Suriah.
Suood Siah mengatakan warung internet miliknya di Khan al-Subi hancur pada Rabu.
“Saya menutupnya 20 hari yang lalu, dan untungnya berhasil mengevakuasi semua peralatan sebelum ikut hancur,” kata Siah, yang kembali ke Khan al-Subl pada Rabu untuk mengecek kerusakan setelah mendengar tentang serangan itu.
“Tempat yang digunakan untuk melayani orang-orang, pelayanan yang mendasar seperti toko roti atau fasilitas medis,” katanya.
“Menargetnya sama buruk dengan kejahatan.”
Menurut Siah, jet-jet Rusia cenderung menarget apapun yang menyerupai “kehidupan normal” di Idlib.
Rusia dituduh melancarkan serangan terhadap rumah sakit dan infrastruktur sipil sepanjang keterlibatannya dalam perang Suriah.
‘Genjatan senjata yang tidak pernah berlangsung’
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar pada Rabu mengatakan Ankara dan Moskow sedang mendiskusikan pembentukan “zona mana” di mana mereka yang terusir dari rumah mereka di wilayah barat laut Suriah dapat berlindung selama bulan-bulan musim dingin.
Meskipun banyak keluarga yang mengungsi menemukan banyak keselamatan relatif di dekat perbatasan dengan Turki, situasi kemanusiaan di daerah perbatasan yang penuh sesak semakin mengerikan.
Menurut wakil juru bicara PBB Farhan Haq, para keluarga menyelamatkan diri dalam “hujan lebat dan suhu di malam hari yang mendekati titik beku”.
Ada sekitar satu juta pengungsi Suriah yang tinggal di dekat perbatasan, dengan kamp pengungsian resmi yang telah penuh.
Obeidah Dandoush, anggota kelompok Syria Relief & Development, mengatakan selama jeda singkat serangan rezim Suriah, beberapa keluarga telah kembali di tanah mereka untuk mengumpulkan hasil panen.
“Para petani ini, terutama, bersama dengan keluarga mereka, telah kembali untuk memanen kentang dan tanaman lain untuk menopang kehidupan mereka di perbatasan, di mana bahan makanan langka dan mahal bagi kebanyakan orang,” Dandoush mengatakan pada Al Jazeera.
“Banyak keluarga lain telah kembali, atau ingin kembali – tetapi mereka tidak mempercayai kata-kata rezim.” Katanya. “Mereka tahu genjatan senjata tidak pernah berlangsung.”
Hanya sebagian kecil dari ratusan ribu orang yang terusir dalam rangkaian serangan terakhir telah kembali ke rumah mereka, kata Dandoush, seraya menambahkan bahwa serangan terhadap jalan utama dan jalan raya telah menghambat upaya evakuasi di masa lalu.
Pada Selasa sore, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia berharap genjatan senjata terbaru akan bertahan dan mengatakan dia “bertekad” untuk turun tangan dan mencegah serangan oleh pasukan pemerintah Suriah di Idlib.
“Kami bertekad untuk menghentikan upaya rezim [Suriah] melanggar genjatan senjata [di Idlib] – dengan diri kami sendiri jika diperlukan. Ini bukan lelucon,” kata Erdogan, menambahkan bahwa ratusan ribu warga Suriah harus kembali ke rumah mereka sebagai bagian dari perjanjian genjatan senjata.
Wilayah Idlib merupakan rumah bagi hampir tiga juta orang, sekitar separuhnya dipindahkan ke sana dalam kelompok besar dari wilayah lain negara itu yang direbut kembali oleh pasukan pro-pemerintah.
Perang di Suriah telah membunuh ratusan ribu orang dan membuat jutaan lainnya mengungsi sejak perang pecah pada tahun 2011 dengan penindasan protes anti-pemerintah.*