Hidayatullah.com–Seperti dikuti harian Kompas, kepolisian daerah Jawa Barat (Jabar) akan melatih sekitar 86 ribu tukang ojek yang berperan sebagai intelijen dengan alasan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Para tukang ojek itu diharapkan dapat berperan sebagai informan bagi aparat keamanan yang terus siaga selama 24 jam dalam sehari. Rencananya, mereka juga dilibatkan dalam pengamanan pemilihan umum mendatang. Demikian dikatakan Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jabar Inspektur Jenderal Dadang Garnida dalam upacara peresmian Pangkalan Ojek Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) Terpadu Sukabumi di lapangan Gelanggang Olahraga (GOR) Cisaat, Sukabumi, Kamis (26/2) sore. Acara yang dihadiri sekitar 6.000 tukang ojek di Sukabumi itu juga diisi pembacaan ikrar para tukang ojek untuk turut menjaga keamanan di wilayah Sukabumi. Menurut Dadang, selama ini keberadaan tukang ojek kurang dimanfaatkan secara optimal untuk menjaga keamanan lingkungan. Mereka hanya dianggap berpotensi membuat kerusuhan di masyarakat. Di lain pihak, para tukang ojek juga sering kali menjadi sasaran kejahatan, seperti perampasan sepeda motor dan perampokan. Di sisi lain, selama ini Polda Jabar kekurangan personel kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat. Di Jabar, seorang petugas harus melayani 600 penduduk. Keterbatasan jumlah petugas di wilayah Polda Jabar ini membuat polisi tak dapat menjalankan tugas pengamanan lingkungan secara optimal. “Kami sering kecolongan dalam memonitor keamanan karena fungsi intelijen di kepolisian masih belum berjalan dengan baik,” ujar Dadang. Untuk itu, pihaknya akan melibatkan para tukang ojek di Jabar dalam menjalankan tugas pengamanan. Setelah dilatih dan dikoordinasi oleh petugas dari kepolisian resor (polres) setempat, 86.500 tukang ojek itu akan dijadikan intelijen di lapangan. “Mereka itu kan terus ada hampir 24 jam dalam sehari. Jadi, para tukang ojek itu dapat terus memantau segala aktivitas sehari-hari di daerah mereka,” kata Dadang. Para tukang ojek itu akan diberi wewenang melaksanakan tugas intelijen yang paling ringan, yaitu memantau jika terjadi hal yang mencurigakan di lingkungan sekitar. Mereka dapat melaporkan kepada polisi jika melihat ada hal yang mencurigakan, seperti ada lampu menyala pada siang hari atau pintu rumah terbuka. “Tentunya mereka tidak boleh main hakim sendiri, tetapi hanya sebatas memantau situasi keamanan lingkungan,” tutur Dadang menambahkan. Pada pemilu mendatang, rencananya para tukang ojek itu akan dilibatkan dalam pengamanan pemilu. Di setiap tempat pemungutan suara (TPS) akan ditempatkan dua tukang ojek. Mereka bertugas memberi tahu polisi jika terjadi kerusuhan di suatu TPS. Mereka juga dapat memberikan bantuan sarana transportasi bagi para pemilih yang kesulitan menjangkau TPS maupun petugas di TPS tersebut. Selain diserahi tugas membantu menjaga keamanan lingkungan, Polda Jabar akan memerhatikan kesejahteraan para tukang ojek itu. Menurut rencana, Polda Jabar akan membentuk koperasi bagi para tukang ojek di setiap polres. Mereka juga akan dilengkapi dengan seragam rompi dan tempat ojek yang baru dengan melibatkan pihak swasta selaku sponsor. Sejauh mana peran tukang ojek tersebut hingga kini masih belum jelas. (kps)