Hidayatullah.com–Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Komite Kemanusiaan untuk Aceh (KKIA), Suripto, Pjs Presiden Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS), Tifakul Sembiring, dan beberapa anggota dewan dari Komisi I DPR RI di Jakarta, Senin (10/1).
Menurut Suripto, kehadiran militer asing perlu dibatasi hanya satu bulan setelah masa evakuasi selesai. “Setelah itu biarkan tim relawan internasional lain di bawah komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan relawan dalam negeri sendiri yang aktif bekerja di sana,” kata Suripto.
Menurut dia, pembatasan kehadiran militer asing di Aceh perlu dilakukan mengingat banyak contoh di banyak negara seperti Bosnia dan Irak, di mana militer asing itu kerap membawa agenda terselubung.
Apalagi secara geopolitik Aceh sangat strategis dan kaya akan sumber alam. Sudah lama negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) ingin campur tangan dalam mengamankan Selat Malaka dari ancaman terorisme dan perompakan.
“Ada negara-negara yang memiliki hidden agenda dengan dalil membantu pembangunan kembali Aceh dengan desain khusus. Selain itu, mereka ingin menjadikan Aceh sebagai pangkalan di Asia Tenggara. Itu yang kita waspadai,” kata Suripto.
Tentang sejauh mana gerakan mereka mencurigakan dan bisa dipantau, Sembiring mengatakan, “Melihat kehadiran kapal induk AS dan Australia, maka kita harus melihatnya dalam konteks apa ada hidden agenda.”
Saat ini, kata Sembiring, rakyat Indonesia menerima dengan tangan terbuka tawaran bantuan dari negara-negara asing dan kehadiran mereka bisa dibenarkan. Tapi semestinya, jika yang datang adalah militer, harus segera dipayungi dengan bendera PBB.
Keberadaan pasukan asing itu juga tidak harus lama-lama. “Satu bulan wajar. Jika tidak, itu yang harus dicurigakan. Saya khawatir ada yang memancing di air keruh,” kata Sembiring yang baru saja melepas keberangkatan 22 relawan wanita PKS yang terdiri dari lima orang tenaga medis, dua juru masak, delapan guru dan konselor serta tujuh tim ahli ke Aceh.
Dikoordinasi Pemerintah
Seperti dimuat Hidayatullah.com sebelumnya, semenjak gempa Tsunami, bumi Rencong kini telah ramai mendapat kunjungan pasukan dan relawan asing. Dari bandara Polonia Medan dan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda Aceh, telah hadir ribuan relawan dan tentara asing dari seluruh penjuru dunia.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Di Lanud Sultan Iskandar Muda misalnya, helikopter-helikopter milik AU Australia, AU Singapura dan AU Amerika Serikat terus-menerus hilir mudik mendarat dan pergi. Sepintas, kegiatan ini mirip adu kekuatan kekuatan militer.
Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono meminta pada semua pihak untuk tidak terlalu mengkhawatirkan dengan keberadaan pasukan asing yang berada di NAD karena mereka berada dalam kendali TNI.
Sekadar diketahui, AS misalnya, telah mengerahkan 13 ribu tentara, pelaut, penerbang, dan marinir di NAD. Selain itu, sekitar 600 personel militer Australia (ADF) sudah berada di Aceh dan menjadi relawan. Kabarnya, beberapa hari ini, kapal induk Australia, HMAS Kanimbla telah berangkat menuju Aceh. (sp/cha)