Ahad, 4 Desember 2005
Hidayatullah.com–Mantan
presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengakui dirinya telah "sowan"
kepada mantan presiden Soeharto (Pak Harto) untuk berlebaran pada Idul
Fitri yang sudah berlalu sekitar sebulan lalu.
"Terus terang,
saya sowan ke Pak Harto saat Idul Fitri lalu, karena dia sudah sepuh
dan dia masih mempunyai pengaruh kuat dalam pemerintahan," katanya di
Surabaya, Sabtu.
Ia mengemukakan
hal itu saat berpidato di depan sekitar 800 ulama, ustadz, dan pengurus
PKB se-Indonesia dalam Silaturrahmi Alim Ulama dan Halaqah Politik
Walisongo yang diprakarsai DPP PKB versi Muktamar Semarang di Surabaya
(3-4 Desember).
Menurut Ketua
Dewan Syuro DPP PKB versi Muktamar Semarang tersebut, apa yang
dilakukan itu merupakan hal penting dan bukan seperti sekarang yang
justru menyeret orang seperti Probosutejo (anggota keluarga Soeharto).
"Saya nggak ikut-ikut," katanya.
Cucu pendiri NU
Hadratusyeikh KH Hasyim Asy`ari itu mengatakan dirinya sudah 30 tahunan
berhadapan dengan rezim Soeharto, namun dirinya tetap menghormati
dengan memilih untuk diam dan lebih memperjuangkan demokrasi yakni
memperjuangkan hak minoritas dan mengembangkan dialog antar umat
berbeda agama.
"Apa yang saya
perbuat itu meneruskan strategi perjuangan kiai Ahmad Mutamakin yang
tidak jauh berbeda dengan strategi dakwah dari para walisongo. Kiai
Mutamakin itu kiai fiqih (hukum Islam) yang menjadi pemimpin tarekat
tapi tidak pernah menyebut penguasa itu salah," katanya.
Putra mantan
Menag KH Wahid Hasyim itu menjelaskan, kiai Mutamakin tidak pernah main
tunjuk penguasa sebagai orang yang salah, tapi dia menyebut penguasa
secara alternatif yakni kalau penguasa yang ada tak ingin dikatakan
maling maka dia jangan menjadi maling.
"Para kiai yang
mewarisi para walisongo itu tak pernah berpikir sempit, bahkan
pesantren yang mereka bangun selalu memakai nama desa dan bukan pakai
bahasa Arab. Ada Pesantren Tambakberas, ada pesantren Edi Mancoro, dan
sebagainya, tapi kiai sekarang sok dengan nama Bahrul Ulum, Mambaul
Ma`arif," katanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ia menilai
langkah dan strategi para kiai dan walisongo yang akrab dengan
lingkungan itu sekarang mengalami kemunduran dengan banyak kiai yang
berpikiran sempit, sehingga ada yang ingin mendirikan negara Islam,
memasung Ahmadiyah, dan sebagainya.
"Karena itu,
PKB harus mengembangkan wawasan kebangsaan seperti yang diperjuangkan
NU. Wawasan kebangsaan itu intinya tenggangrasa dengan orang lain tanpa
membedakan ras dan agama, apakah Kristen, Islam, Konghucu, dan bahkan
Islam NU atau Islam non-NU seperti Ahmadiyah," katanya.(ant/cha)