Hidayatullah.com — Disamping terus melakukan diskusi dan mendialogkan, kajian zakat juga mestinya harus masuk dalam ranah akademis. Ini penting sebagai upaya sosialiasasi dan resolusi zakat sebagai pengentas kemiskinan dunia.
Hal itu disampaikan Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc saat memaparkan rencana Konferensi Zakat Internasional 2010 di hadapan wartawan di Jakarta, Kamis (19/08) kemarin.
“Kita mengajak kalangan akademisi agar menjadikan zakat sebagai gerakan intelektual. Kami ajak untuk mengkaji zakat sebagai solusi untuk menangani masalah kemiskinan dunia,” jelas Didin Hafidhuddin.
Potensi zakat dunia sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Habib Ahmed dari IRTI – Bank Pembangunan Islam (IDB) tahun 2010, mencapai angka 600 miliar dolar AS. Dengan demikian, zakat berpotensi menjadi solusi alternatif menyikapi persoalan yang dihadapi umat.
Selain menjadi bagian penting dalam kajian intelektual, zakat hendaknya menjadi perhatian para politisi untuk menempatkan zakat pada posisi strategis membangun kesejahteraan ummat.
Sebab, kata Didin, saat ini zakat tidak lagi dapat dipetakan yang berada di pinggiran.
“Zakat tidak bersifat teritorial, atau berada di pinggir. Zakat berada di tengah-tengah sebagai solusi,” katanya.
Menurut Didin, Konferensi Internasional Pertama World Zakat Forum (WZF) atau Forum Zakat Dunia 2010 pada 28 September-2 Oktober 2010 mendatang, dipandang penting untuk memantapkan peran zakat.
Kapitalisme, jelas Didin, adalah sistem yang memonopoli kesejahteraan pada kalangan tertentu saja. Sehingga untuk memutus mata rantai itu dengan revitalisasi zakat bagi kesejahteraan umat.
“Zakat perlu disinergikan secara massif dan mendunia sebagai resolusi pengentasan kemiskinan dunia,” katanya. [ain/hidayatullah.com]