Hidayatullah.com–Peneliti Sejarah Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Asep Sobari Lc, mengatakan, dakwah Islam yang dilakukan Wali Songo di Indonesia belum final. Apa yang disampaikan para Wali itu masih butuh penyempurnaan.
“Jangan anggap apa yang disampaikan Wali Songo sudah final. Bahwa itu sebuah model masyarakat Muslim Indonesia,” ujar pengamat sejarah alumnus Universitas Madinah ini kepada hidayatullah.com di Jakarta.
Asep mengatakan, mengurai batasan dakwah dan paham yang diajarkan para wali bukan hal mudah. Karena sulitnya mengurai benang itu, ujar Asep, rentan memunculkan berbagai pembenaran oleh kelompok tertentu dan masyarakat yang punya kepentingan.
“Jangan sampai, apa yang disampaikan Wali Songo itu justru jadi justifikasi teologis jika ada hal yang berbenturan dengan tren masyarakat umum,” jelasnya.
Lebih jelas, Asep menuturkan, proses dakwah tidak boleh final. Dakwah harus terus dilakukan dan berkesinambungan. Tidak ada kepasatian yang mengatakan dakwah final.
Dakwah Wali Songo di Jawa, menurut Asep, terkait berbagai aspek. Dari sisi budaya, masyarakat Jawa sangat kental dan sulit melepaskan. Terlebih ketika itu, pengaruh agama Hindu masih kuat.
Banyak penganut Hindu yang masuk Islam, tapi dia tidak mau menghilangkan kenyakinan semula yang dianggap menunjang hegemoni mereka.
Hal itu, bisa dilihat dari fenomena sinkretisme masyarakat Islam-Jawa yang masih kental. Anehnya, Asep mengatakan, fenomena itu sengaja diadakan dan dijadikan tradisi.
“Hal itu bisa dilihat dari adanya proses dakwah yang belum selesai. Dakwah tidak bisa dibilang berhenti di terminal atau tahapan tertentu. Seperti yang dilakukan Wali Songo. Masih butuh penyempurnaan,” ujarnya.
Karena itu, ujar Asep, diperlukan dakwah yang kontiyu dan keberanian untuk menjelaskan yang benar. Jangan sampai, kebatilan dibungkus dengan bahasa atau istilah yang kabur. [ans/hidayatullah.com]