Hidayatullah.com – Islamic Book Fair (IBF) 2025 yang digelar di Jakarta International Convention Center (JICC) memang sudah berakhir. IBF tahun ini diikuti oleh 222 penerbit, 42 perusahaan multiproduk, serta puluhan pondok pesantren.
Walaupun sudah berlalu, penulis sekaligus pendiri Pustaka Al-Kautsar, Tohir Bawazir merasa optimis dunia perbukuan dan penerbit masih bisa terus berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa bernegara.
Menurut Tohir, perlunya menjaga minat baca buku. Karena itu, ia berharap kegiatan seperti Islamic Book Fair bisa terus digalakkan. “Kita harus merawat minat baca buku. Jangan sampai kita tergerus dengan teknologi kemudian meninggalkan buku. Padahal buku sesuatu yang harus dijaga,” kata Tohir kepada Hidayatullah Online, di sela-sela pergelaran IBF, Ahad (22/06/2025).
Tohir melanjutkan, kerjasama pendidikan, pesantren, dukungan birokrasi penting. Sementara peran orang tua juga keluarga, harus mendidik anak-anak supaya cinta buku. Tohir juga mendorong adanya pelajaran khusus menulis.
“Saya kira pendidikan di sekolah maupun di pesantren siswa dilatih menulis atau mengarang. Ya apapun itu, yang ditulis entah itu fiksi atau buku sejarah itu akan merangsang mereka untuk membaca jadi untuk melatih daya pikir itu harus diawali dengan membaca,” ungkap penulis buku Jalan Tengah Demokrasi ini.
Lebih lanjut, Tohir mengatakan penerbitnya, belakangan ini banyak menerbitkan buku-buku dengan model komik. Ia melihat perlu menjembatani generasi Z atau gen Alpha agar terhubung dengan buku.
“Alhamdulillah sangat berhasil. Biasanya anak-anak yang terlalu mengagumi komik-komik superhero dari dunia di luar Islam yang fiktif. Kita ganti dengan superhero Islam yang memang real. Nah kemudian terbangun semangat heroisme dari anak-anak itu mengenal sejarah tokoh-tokoh Islam di Nusantara,” tuturnya.
Tohir yakin, begitu mereka sudah mengenal tokoh-tokoh seperti Hamka, Natsir, Agus Salim, nantinya, mereka akan mencari buku-buku yang lebih serius lagi. “Jadi komik itu bentuk alternatif bahwa kita harus bangga dengan jati diri kita sebagai umat Muslim di Indonesia,” tukasnya.
Minat Baca di Kalangan Santri Masih Tinggi
Sementara itu, Ketua Panitia IBF 2025 Husni Kamil mengatakan, besarnya antusiasme para pengunjung IBF 2025 juga menandakan masih kuatnya tradisi literasi di tengah kalangan pesantren. Sebab, tak sedikit santri yang mengunjungi ajang ini. Bahkan, mereka datang berombongan dengan pelbagai moda transportasi dari berbagai daerah Indonesia.
Husni Kamil mengatakan, kehadiran para santri dan rombongan dari berbagai pesantren merupakan bukti kuat bahwa literasi Islam terus berkembang. Semangat mereka tidak surut oleh stigma rendahnya minat baca di Tanah Air.
“Kita lihat para santri, pesantren, tiap hari itu ada 16 pesantren, lebih dari 10 pesantren dan mereka datang berombongan dengan bis-bis ke sini. Jadi, kalau literasi Indonesia dianggap rendah, itu harus lebih banyak belajar pada literasi Islami,” ujar Husni saat berbincang dengan Hidayatullah Online, Ahad (22/6/2025) malam.
Tradisi membaca dan menulis dalam lingkungan pesantren bukanlah sesuatu yang baru. Sejak ratusan tahun lalu, para kiai dan santri telah terbiasa menyalin, mengkaji, dan bahkan mengarang kitab-kitab. Ini merupakan bagian dari khazanah keislaman.
Dalam konteks itulah, kehadiran pesantren dalam IBF menjadi penting. Mereka tak sekadar pengunjung, melainkan juga pelaku aktif yang membawa semangat keilmuan dan budaya literasi Islam ke tengah masyarakat urban.
“Di sini kita melihat bahwa literasi Islam itu berkembang. Jadi, semua akan meningkatkan literasi islami dan juga akan mencerdaskan kehidupan bangsa,” ucap Husni.
IBF 2025 mengusung tema “Berhijrah Melalui Literasi Islami untuk Pribadi yang Berkualitas.” Itu selaras dengan semangat pesantren yang senantiasa menanamkan nilai-nilai keislaman melalui teks dan praktik keilmuan.
Pihak panitia mencatat, sepanjang IBF 2025 berlangsung, lebih dari 60 acara diselenggarakan dan semuanya dipenuhi peserta yang sangat antusias. Diskusi buku, lomba-lomba Islami, seminar kewirausahaan syariah, hingga talkshow tokoh nasional menjadi bagian dari agenda menarik khalayak.
Keterlibatan santri juga terlihat dari program “IBF Goes to Pesantren” yang digagas panitia. Sebanyak 167 pesantren ikut ambil bagian. Adapun pesantren 11 di antaranya menerima kunjungan langsung dari panitia ke lokasi.
Program ini memperlihatkan bahwa relasi antara pesantren dan pameran buku Islam bukanlah hal sepihak, melainkan hubungan timbal balik yang saling menghidupkan. Hingga momen penutupan, IBF 2025 tercatat dikunjungi lebih dari 200 ribu orang. Menurut Husni, angka tersebut sudah melebihi raihan pada penyelenggaraan IBF 2024 lalu.*Azim Arrasyid/ Hidayatullah Online