Hidayatullah.com–Kegiatan belajar mengajar di sekolah di Kota Yogyakarta, Jumat, terpaksa diliburkan mengingat kondisi yang kurang memungkinkan akibat hujan abu vulkanik letusan Merapi Jumat dini hari.
“Sebenarnya kebijakan untuk meniadakan kegiatan belajar dan mengajar tersebut diserahkan sepenuhnya ke sekolah, tetapi mengingat kondisi hari ini, maka sebaiknya seluruh sekolah diliburkan,” kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto melalui pesan singkat telepon selular di Yogyakarta, Jumat (5/11).
Meskipun kegiatan belajar mengajar ditiadakan, namun ia meminta kepada kepala sekolah dan guru untuk datang ke sekolah dan melihat kondisi sekolahnya.
Pasir dan abu vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi dilaporkan menutupi Kota Yogyakarta khususnya di bagian utara.
Peniadaan kegiatan belajar mengajar di sekolah pada Jumat tersebut adalah untuk kedua kalinya terjadi di Kota Yogyakarta, setelah paparan abu vulkanik juga sempat menutupi wilayah tersebut pada Sabtu (30/10).
Akibat semburan awan panas yang terjadi pada Jumat dinihari (5/11), kembali telah menelan korban. Sebanyak 12 warga Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditemukan tewas akibat awan panas Merapi. Puluhan lainnya menderita luka bakar.
Seluruh jenazah segera dievakuasi tim SAR dan Kopassus untuk dibawa ke Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta untuk diautopsi, demikian keterangan dari Tim SAR Daerah Istimewa Yogyakarta.
Atas peristiwa ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi menetapkan wilayah aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer dari puncak gunung, dari sebelumnya lebih dari 15 kilometer.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Jumat dini hari, mengatakan, sejak pukul 00.55 WIB wilayah aman dari ancaman bahaya Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer. [ant/hidayatullah.com]