Hidayatullah.com–Upaya Bank Indonesia untuk melakukan penyederhanaan rupiah (redenominasi) dianggap sebagai teknik mengelabui masyarakat terhadap inflasi. Pernyataanl ini dikatakan oleh Zaim Saidi, penggiat Dinar Dirham sekaligus Direktur Utama Wakala Induk Nusantara (WIN).
“Redenominasi itu kan hanya pengelabuan saja agar secara psikologis masyarakat tidak lagi memahami inflasi kronis yang saat ini kita alami,” jelas Zaim kepada hidayatullah.com, Selasa (25/1) siang.
Upaya redenominasi ini, kata Zaim, adalah salah satu cara meredam masyarakat agar tidak bergejolak karena tingginya inflasi.
“Kan oleh masyarakat dianggap tidak bagus bila BI menerbitkan satuan uang Rp.1.000.000. Redenominasi itu ibarat obat bius. Inflasinya ditutupi, pemiskinannya dikaburkan,” kata Zaim.
Zaim menilai redenominasi tak akan mampu menghindari tingginya inflasi di Indonesia. Redenominasi hanya menutupi inflasi.
Ia mencontohkan redenominasi yang juga pernah terjadi di Indonesia diera Presiden Soekarno. Ketika itu Rp 1.000 dibuang 3 nolnya sehingga jadi Rp 1. Tak lama kemudian muncul uang Rp 1.000, lalu Rp 5000 dan terakhir Rp 100.000.
Bila rencana ini tetap dilaksanakan Zaim mengkhawatirkan bila nasib yang sama kembali terulang di masa akan datang. Sebab, dalam waktu dekat harga-harga bakal naik, kenaikannya bakal lebih tinggi. Akhirnya, dalam waktu yang tak lama muncul lagi uang dalam satuan besar.
Proyek redenominasi ini, lanjut Zaim, diyakini bakal mengeluarkan anggaran hingga triliuan rupiah. Dana ini akan digunakan untuk cetak uang baru maupun perubahan administrasi.
“Semua jenis administrasi juga bakal diganti dari hal yang kecil-kecil, Seperti buku bon, brosur, dan lainnya. Yang terkait dengan manajemen keuangan pasti mengalami perubahan. Belum lagi biaya sosialisasi dan bayar konsultan,” terang Zaim.
Zaim menduga bila redenominasi ini merupakan upaya pencitraan yang dilakukan pemerintah. Harapannya rupiah dapat bersaing dengan mata uang asing.
“1 dolar AS sama dengan Rp 9. Wah, hebat kan?! Begitu nanti pemerintah dan BI bisa berdali,” tandasnya.
Agar terhindar dari badai inflasi, Zaim meminta agar masyarakat mau beralih menggunakan dinar-dirham dalam melakukan transaksi. Dinar-dirham merupakan alat tukar yang terbebas dari inflasi karena nilai intrinsiknya berupa emas dan perak.*