Hidayatullah.com— Gejolak yang terjadi di Libya telah menimbulkan pro kontra di kalangan aktivis dakwah di Indonesia, khususnya menyangkut sosok Presiden Qadhafy yang telah melakukan kekerasan dalam meredam massa demonstrasi.
Itu sebabnya dikhawatirkan keberadaan lembaga atau atribut di Indonesia yang bersinggungan dengan Presiden Qadhafy berpotensi menjadi sumber polemik, termasuk keberadaan Masjid Muamar Qaddafy yang dikelola oleh Majelis Azzikra.
Kendati demikian, Ustadz Muhammad Arifin Ilham, Pimpinan Majelis Azzakira menjelaskan bahwa pihaknya tak akan terburu-buru untuk mengganti nama masjid yang terletak di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu.
“Belum. Kami akan putuskan setelah tabayyun dan musyawarah,” kata Ustadz Arifin kepada hidayatullah.com, Rabu (2/3) sore.
Ustadz Arifin berharap jangan karena persoalan nama, lalu mereka yang anti-Qadhafy enggan shalat atau menolak menghadiri pengajian di masjid itu. Padahal keberlangsungan dakwah itu lebih utama dibanding persoalan nama.
Seperti dikabarkan sebelumnya, Majelis Azzikra telah menjalin kerjasama dengan sebuah yayasan yang memiliki kaitan dengan Muammar Qadhafy, World Islamic Call Society (WICS). Kerjasama itu sejak tahun 2005. Saat itu WICS berniat menyalurkan bantuan kepada negara-negara Muslim.
Dari lembaga itu, Majelis Azzikra mendapat bantuan dana untuk pembangunan masjid. Pendirian masjid itu menelan biaya hingga Rp 40 miliar yang semuanya dibantu dari Muammar Qadhafy. Yayasan Az-Zikra sebagai pengelola tidak mengeluarkan biaya sepeser pun. Tanah seluas 5 hektar untuk masjid merupakan tanah wakaf yang disumbangkan oleh developer Bukit Az-Zikra, PT Cigede Griya Permai.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Nama Presiden Libya itu akhirnya diabadikan menjadi nama masjid megah berlantai tiga tersebut. Masjid ini berlokasi di Sentul Selatan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Diresmikan pada 26 Juli 2009 oleh Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah. *
Foto: Media Indonesia