Hidayatullah.com—Ada yang menarik dari sistem pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok. Selain waktu perkuliahannya yang relatif singkat kurang lebih dua tahun untuk program sarjana (S1), juga sistem kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa akhir yang bisa dikatakan belum begitu dikenal luas.
Jika di kebanyakan perguruan tinggi lain mahasiswa yang KKN diterjunkan ke masyarakat dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti bakti sosial dan sebagainya, di STIE Hidayatullah para mahasiswa yang sudah menyelesaikan skripsinya disebarkan ke masjid-masjid.
Metode KKN berbasis masjid ini merupakan terobosan baru STIE Hidayatullah, dimulai pertengahan Oktober tahun lalu hingga selama delapan bulan. Sebanyak 21 masjid di lima kecamatan se-Kota Depok digunakan untuk praktek kerja lapangan.
Tiap masjid hanya diisi maksimal dua orang, ada juga yang sendirian, tergantung kesiapan masing-masing pengurus masjid. Program kegiatannya beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan jamaah dan situasi masjid. Jika “rumah Allah” yang ditempati punya BMT (Baitul Mal wat Tamwil/lembaga keuangan mikro), maka mereka aktif di BMT, atau di Taman Pendidikan Al-Qur’an-nya. Kalau di sebuah masjid ada remaja masjidnya, maka tugas mereka membina remaja tersebut.
Bukan tanpa alasan langkah itu diambil oleh manajemen salah satu sekolah tinggi milik Ormas Hidayatullah yang berlokasi di Jl. Raya Kali Mulya RT 01/01 Sukmajaya, Depok, Jawa Barat ini. Selain masih tergolong mempelopori, juga karena masjid sebagai salah satu sarana penggemblengan spiritual memiliki kaitan yang sangat erat dengan intelektual seseorang.
Hal itu ditegaskan Ketua STIE Hidayatullah, Dr. Abdul Mannan pada pembekalan terhadap para mahasiswanya dalam acara “Tarhib Ramadhan dan Penugasan Da’i Sarjana” di Masjid Ummul Quraa, Kalimulya, Depok, Sabtu (23/7).
“Korelasinya sangat signifikan, antara masjid dengan kejeniusan otak,” ujar Manan di hadapan peserta acara yang juga dihadiri ratusan santri, warga dan jama’ah Pesantren Hidayatullah se-Jabodetabek.
Sebab, lanjut Ketua Umum Pimpinan Pusat Hidayatullah itu, Allah SWT telah menyatakan bahwa jika orang yang bertakwa pasti akan diajarkan suatu ilmu oleh Allah kepadanya.
“Sudah pasti, nggak ada hipotesa lagi. Langsung kesimpulan, pasti (diberi ilmu),” tukasnya, setelah sebelumnya mengutip salah satu ayat Al-Qur’an berkaitan dengan ketakwaan dan keilmuan.
Pengembangannya, Mannan berpesan terkhusus kepada puluhan lulusan STIE Hidayatullah angkatan 2010-2011, bahwa salah satu kunci kesuksesan dalam menjalankan amanah adalah spiritualitas. Di antaranya, kata dia, dengan qiyamullail (bangun sholat malam) dan membaca Al-Qur’an. Jangan sampai luput, tidak tahajjud satu malam pun.
Dalam sehari, paling tidak menamatkan satu juz Al-Qur’an. Jika sudah demikian pasti Allah akan memberikan ilmu-Nya. Hal ini berdasarkan fakta empiris (pengalaman) yang Mannan dapatkan selama ini.
Dosen Ilmu Manajemen di STIE Hidayatullah itu juga berpendapat bahwa masjid sebagai pusat peradaban dapat melahirkan kekuatan spiritual. Di bulan puasa nanti, Mannan berharap bisa menjadi ajang pembuktian keyakinan tersebut.
Pada acara menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan 1432 H ini, sekaligus dirangkai “pelepasan” secara resmi 32 kader sarjana STIE Hidayatullah yang akan ditugaskan ke berbagai daerah di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan kepulauan Maluku. Sebelumnya pada hari yang sama, 32 “sarjana ekonomi” tersebut diwisuda di gedung baru STIE Hidayatullah yang masih dalam tahap pembangunan.*
Keterangan foto:
Dr. Abdul Mannan saat berbicara dan kemudian berfoto bersama Wisudawan STIE Hidayatullah 2010-2011.