Hidayatullah.com–Mental koruptor memang “setangguh baja”. Caci-maki, kutukan, hujatan dan sumpah serapah yang dilempar ke wajah mereka, tak juga membuat mereka jera. Mereka bergeming saja saat jadi bulan-bulanan media massa.
Berbagai upaya untuk memberantas korupsi selama ini belum menunjukkan hasil seperti diharapkan. Bahkan, ada yang mengatakan sebaliknya: tambah runyam.
Para koruptor negeri ini rupanya memang dari jenis unggul dengan tingkat resistansi yang tinggi: didemo tidak mempan, dipermalukan tidak malu, diajukan ke pengadilan tidak kapok, malah meningkatkan aksi sogok-menyogok. Korupsi sudah dianggap sebagai hal biasa, bukan dosa.
Dompet Dhuafa (DD) bermaksud mencoba cara yang lain, bersama kaum dhuafa memohon semoga Allah segera membuka mata hati saudara/ri kita yang lupa itu agar bertobat. Semoga mereka yang menghilang segera muncul, yang pergi segera kembali dan yang sudah meninggal dunia diampuni dosanya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesadaran untuk berbuat kebajikan.
Melalui momentum Bulan Suci Ramadhan yang mulia, DD juga mengajak masyarakat melawan korupsi dengan kelembutan hati. Untuk itu, Dompet Dhuafa mengadakan acara “Doa untuk Koruptor” yang diadakan Senin (15/08/2011) malam di halaman gedung RRI, Jakarta.
“Acara ini juga merupakan tindak lanjut Petisi 100 Tokoh untuk Kemandirian Indonesia yang dilaksanakan 25 Juli 2011 silam, dimana salah satu poin dalam Petisi Kemandirian Indonesia adalah mendorong upaya pemberantasan tindak korupsi,” ungkap Direktur Komunikasi Dompet Dhuafa Arifin Purwakananta di Jakarta.
Acara dimulai dengan berbuka puasa bersama puluhan anak yatim dan kaum dhuafa, dilanjutkan dengan orasi anti korupsi oleh tokoh bangsa, tokoh lintas agama, budayawan; pembacaan puisi anti korupsi, dan ditutup dengan doa bersama/istighosah untuk para koruptor.*/Sabeth