Hidayatullah.com—Aksi bom Solo yang terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Solo Jateng, Ahad (25/9/2011) mulai berdampak pada kegiatan keislaman. . Sebuah pengajian pengajian di Masjid Al Huda Kampung Kerun, Ds. Belangwetan, Kecamatan Klaten Utara, (tepatnya disebelah selatan perempatan lampu bangjo RSI Klaten) hampir dibubarkan
Alasan segelintir orang tersebut meminta pengajian dibubarkan karena dianggap sebagai “Pengajian Teroris”. Kelompok yang ingin membubarkan itu menyebutkan bahwa jama’ah yang hadir berasal dari luar desa setempat dan jama’ah dalam pengajian tersebut katanya memenuhi kriteria sebagai “teroris” dengan ciri-ciri berjenggot, memakai celana ‘cingkrang’ (di atas mata kaki) dan lain-lain.
Menurut mereka, penyebutan ciri-ciri tersebut sesuai dengan apa yang pernah mereka dengar dalam pemberitaan di TV-TV swasta.
Sementara itu, Kamidi, selaku Ketua Takmir Masjid, menyebutkan, pengajian tersebut hanya pengajian biasa pada umumnya yang membahas Syarah Kitab Aqidah Thohawiyah dan Syarah Kitab Hadits Arba’in An-Nawawiyah (Syarah Kitab Hadits Pilihan dari Imam Nawawi) yang banyak jadi pegangan kalangan NU dan Muhammadiyah.
Menurut Kamidi, kegiatan pengajian yang akan dibubarkan tersebut sebenarnya telah berlangsung hampir 1 tahun dan diadakan secara rutin setiap Senin malam.
“Pengajian ini hanya pengajian hadits-hadits Nabi seperti pada umumnya sebagaimana pengajian Majelis Tarjih di Muhammadiyah itu mas. Karena saya sendiri anggota Muhammadiyah dan juga sering mengikuti pengajian Tarjih Muhammadiyah di PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) sini,” ujarnya.
Menanggapi tuduhan segelintir orang yang mengatakan bahwa jama’ah yang hadir banyak dari luar daerah setempat, Kamidi menampiknya.
“Setau saya, jama’ah yang hadir 80% dari masyarakat sekitar mas. Memang ada beberapa orang dari luar desa sini, tapi mereka yang hadir itu sudah sangat kenal kita kenal, jadi mereka tidak dan bukan orang asing bagi kita. Karena pengajian disini kekeluargaannya bisa dibilang cukup kuat,” lanjutnya.
Saat ditanya, siapa ustad yang mengisi pengajian ini, Kamidi menjawab, “Kalo pembicara dalam pengajian ini alumni Ponpes PERSIS Bangil dan Ponpes Gontor mas. Tapi memang jama’ah yang hadir dalam pengajian ini setau saya itu lintas ormas Islam yang ada di Klaten mas. Jadi jama’ah dari mana saja boleh hadir karena ini memang untuk umum.”
Menurut pengamatan pengurus masjid, diduga kelompok yang meminta pembubaran ditunggangi oleh intelijen.
Alasan mereka, permintaan dan ancaman pembubaran tersebut tidak hanya sekali. Bahkan ketia Ramadhan lalu, Murotal Al-Qur’an sebelum adzan Subuh yang biasanya diputar juga dipermasalahkan.
Selain itu, kelompok-kelompok yang meminta agar pengajian dibubarkan itu tidak berani diajak dialog oleh Ketua Takmir Masjid setempat.
Menurut para saksi, sudah hampir 3 kali pengajian ada orang yang ditengarai aparat ikut sholat magrib berjama’ah. Padahal sebelum-sebelumnya tidak ada aparat yang ikut sholat.*/B.Sejati