Hidayatullah.com–Dalam acara tabligh akbar tentang Penjara Raksasa Gaza yang dilaksanakan pagi ini Ahad, (01/07/2012), di Depok, relawan Sahabat Al Aqsha, Dzikrullah menyatakan bahwa ada empat amanah besar untuk ke Gaza.
Empat amanah besar itu adalah pertama masalah aqidah. Masjidil Aqsha di Palestina adalah tempat yang dibangun sebagai masjid kedua di muka bumi. Yang pertama dibangun adalah Ka’bah.
Di masjid ini terjadi peristiwa dahsyat Isra’ Mi’raj. Allah memilih orang yang terbaik, melewati jalur terbaik hingga sampai pada tujuan terbaik. Di Masjidil Aqsha makmumnya adalah semua nabi, manusia-manusia terbaik di dunia. Rasulullah saw ditunjuk untuk mengimami shalat. Dibuka pintu-pintu langit dan Allah mewajibkan shalat di tempat ini. Ada 19 orang Nabi turun di tempat ini. Jadi Allah langsung yang mengistimewakan tempat ini.
“Amanah aqidah ini yang mendasar,”jelas Dzikrullah.
Seperti diketahui, sebelum ini relawan Sahabat al-Aqsha telah melakukan perjalanan ke jalur Gaza yang misinya membawa amanah Indonesia, pada April-Mei 2012 lalu.
Selain itu, menurut Dzikrullah, ada amanah yang kedua yang termasuk amanah Sunnah.
“Kita senasib dengan Rasulullah dalam hal Masjidil Aqsha terjajah,”paparnya. Rasulullah saw mengeluarkan sumberdaya manusia yang besar untuk membebaskan Majidil Aqsha, dilanjutkan dengan Abu Bakar ash Shiddiq dan Umar bin Khattab. Hingga seterusnya sampai Shalahuddin al Ayyubi.
Sebenarnya mudah bagi Allah untuk membebaskan Masjidil Aqsha. Tapi Allah menginginkan RasulNya, Abu Bakar, Umar dan seterusnya sampai Shalahuddin mengeluarkan seluruh ‘resourcenya’ untuk membebaskan Masjidil Aqsha. Meski Abu Bakar telah berusaha keras membebaskan Masjidil Aqsha yang letaknya jauh dari Madinah –waktu itu banyak masyarakat yang murtad- tapi ditaqdirkan Allah Masjidil Aqsha baru dibebaskan pada zaman Umar bin Khattab. “Aku tidak akan menghentikan jihad untuk Masjidil Aqsha sampai terbebaskan,”kata Abu Bakar sebagaimana ditirukan Dzikrullah.
Seperti diketahui, Bani Yahudi di sana, tidak hanya membantai laki-laki, tapi juga anak-anak kecil laki-laki dan perempuan. Meski demikian penduduk Gaza tidak gentar dalam berjihad dan me`nganggap bahwa anak-anak mereka –yang telah diberikan pendidikan terbaik dengan Al Qur’an- bila dibunuh oleh Yahudi, maka darah mereka menyirami (mewangikan) dunia.
Ketiga, adalah amanah persaudaraan. “Masalah Gaza sama pentingnya dengan yang masalah yang di seputar kita. Tidak ada kontradiksi antara yang jauh dan dekat,”tegas pimpinan Sahabat Al Aqsha ini.
Empat, amanah sejarah. Ini berkaitan dengan sejarah umat Islam sendiri. Merdekanya Masjidil Aqsha berate merdekanya dunia Islam. Ketika Masjidil Aqsha terjajah, maka Negara-negara Islam lain juga terjajah. Bung Hatta, Syahrir, Agus Salim dan Mohammad Natsir pernah mendatangi Palestina untuk mendukung kebebasannya. Di antara mereka pernah bertemu dengan Imam Masjidil Aqsha dan tokoh panglima besar pertama (di abad 20) yang berusaha membebaskan Palestina, Imam Hasan al Banna.
Lima (sebagai tambahan), amanah hutang piutang. Sahabat al Aqsha waktu meletusnya gunung Merapi mendapat amanah dari umat Islam di Suriah dan Gaza untuk menyampaikan bantuan ke sana. Dan disana Sahabat Al Aqsha kemudian membangun TK Najm Al Qur’an. Dan Alhamdulillah TK itu terus berkembang hingga kini.
Dzikrullah kemudian menceritakan secara ringkas dengan gambar-gambar yang menarik tentang keikutsertaannya bersama istrinya , Santi W Soekanto dalam ekspedisi kapal Mavi Marmara.
“Apa yang dialami relawan 600 orang di kapal itu ‘nggak ada apa-apanya’ dibanding dengan yang dialami penduduk Gaza. Gaza adalah penjara terbesar dunia,”papar relawan yang juga wartawan ini.
Dalam acara yang berlangsung meriah itu, Sahabat Al Aqsha juga mewawancarai langsung lewat sambungan internet (Skype) dengan Abu Muhammad. Ia adalah penjaga kuburan orang Inggris di Gaza yang digaji langsung dari Inggris. Dengan gaji besarnya itu, ia kemudian membantu fakir miskin dan bersama Sahabat Al Aqsha membuat TK Najm Al Qur’an (Bintang Al Qur’an). Meski profesinya begitu, ia salah satu tokoh di sana.
Dalam wawancara itu, Abu Muhammad menggambarkan tentang perjuangan rakyat Gaza yang terus teguh dan sabar hingga kemenangan nantinya diberikan Allah.
“Alhamdulillah kami disini tetap menjadi rakyat Gaza yang teguh dan sabar sampai kemenangna diberikan Allah kepada kita. Penduduk Gaza yang jumlahnya 1,5 juta jiwa sejak lima tahun lalu dikepung, diserang terus, sebab utamanya bukan wilayah kebun atau tanah air, tapi sebab pertamanya karena kami menyadari dan menyatakan dengan lisan kami dan perbuatan kami menegakkan kalimat Laailaahaillah Muhammadur Rasuulullah di tempat ini.. Kalau nggak karena itu Bani Yahudi tidak melakukan hal seperti ini,” tegas Abu Muhammad dalam bahasa Arab yang diterjemahkan Dzikrullah.
Selain itu, Sahabat Al Aqsha juga mewawancarai Ummu Khair, seorang tokoh pendidikan di sana. Dalam acara yang dilaksanakan di Masjid Darussalam, Griya Tugu Asri Depok itu, juga diadakan lelang barang-barang kerajinan tangan ibu-ibu pejuang Gaza. Mulai dari tas, selendang, kain bercorak, sepatu dan lain-lain. Beberapa jamaah, wartawan dan aktivis politik Islam Indonesia ikut serta membeli barang lelang itu.*/nuim