Umat Islam di seluruh Pulau Nias kurang lebih berjumlah 32.000 orang . Kebanyakan adalah nelayan dan petani, sementara lainnya berprofesi sebagai pegawai negeri dan pedagang. Kaum pedagang ini, adalah muslim pendatang dari Padang, Medan dan Aceh.
Sentuhan dakwah di Nias sudah cukup menggembirakan. Beberapa dai baik dari Pesantren Hidayatullah maupun Dewan Dakwah Indonesia juga sudah aktif memberi pembinaan untuk kaum muslim di Nias. Salah satu dai yang tugas di Nias adalah Imam Akbar. Dia tidak pernah bermimpi jika suatu saat dia akan datang ke pulau Nias, apalagi menjadi juru dakwah yang pasti merupakan beban berat. Namun takdir membuatnya menjadi seorang ustad dan da’I yang akan tugas di kepulauan Nias, pulau yang penduduk Muslim nya tidak sampai 10% dari total jumlah penduduk.
Awalnya, tahun 2005, kepulauan Nias di hantam gempa yang merusakan sebagian besar bangunan yang ada. Setahun kemudian, Imam Akbar berangkat ke Nias, tepatnya setelah lulus dari Ma’had Al Imarat Bandung (tahun 2006). Ia langsung dapat tugas dari AMCF ke Pulau Nias. Saat itu, misinya adalah rehabilitas moral dan berdakwah agar masyarakat Muslim nias dapat memahami Islam secara utuh.
Perjalanan ke Pulau Nias kala itu menggunakan kapal ASDP dengan perjalan 12 Jam lamanya. Yang ada di bayangan Imam Akbar, Pulau Nias masih tertinggal dari tempat-tempat lainnya masih primitif. Nanum begitu turun di pelabuhan Gunungsitoli, Imam kaget, ternyata masyarakatnya sudah maju. “Ternyata sudah pakai baju semua, hehe.”
Begitu sampai di Nias, Imam langsung dibawah ke desa Sifahandro (sekarang sudah masuk Kabupaten Nias Utara). Saat itu Imam masih lajang. Perjalanan ke Sifahandro dari pelabuhan Gunungsitoli kurang lebih 2 jam ditempuh melalui jalur darat. Jalannya rusak dan berbatuan bahkan ada sebagian jembatannya saat itu yang menggunakan batang kelapa.
Ada kejadian aneh sewaktu di Sifahandro. Saat itu Imam sampai di Sifahandro waktu puasa Ramadhan. Saat itu anak-anak Muslim Nias menyalahkan lilin. Menurut pengakuan anak-anak, lilin yang dihidupkan untuk menyambut Malaikat Jibril yang dibuat dari cahaya. Saat itu, Imam menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini tidak ada contohnya. Esok harinya, Imam didatangi oleh seluruh warga Muslim Desa Sifahandro untuk meminta klarifikasi ucapan Imam.
Alhamdulillah Imam bisa menyampaikan dengan tenang dan arif, sehingga masyarakat bisa memahami dan tidak mau lagi melakukan menyalakan lilin. “Mereka sadar atas perbuatan mereka, “ujar Imam Akbar.
Kejadian menarik
Pada tahun 2007 Imam pindah lagi ke Gunungsitoli untuk menjadi Koordinator da’i AMCF yang tersebar di Pulau Nias, Pulau Tello, Simuk, Hinako. Di Gunungsitoli, Imam aktif mengisi pengajian ibu-ibu yang berjumlah 25 tempat, termasuk khatib Jum’at.
Awal tinggal di Gunungsitoli ada kejadian yang sangat berkesan bagi Imam. Saat belanja di warung dekat tempat tinggalnya, ada seorang ibu beragama Kristen memberikan uang padanya dan ia diminta mendoakan.“Ustad doakan ya agar menantu saya bisa secepatnya meninggal, padahal sudah berkali-kali minuman keras dia saya kasih racun tapi dia, tidak mati-mati juga,” tutur ibu itu.“Begini aja bu, saya doakan biar anak mantu ibu bisa sadar dan mau bantu ibu kerja,” jawab Imam kala itu.
Dari pertemuan Ibu tadi di warung Imam bersepakat untuk saling belajar. Kala itu Imam diajarkan bahasa Ibrani dan Imam mengajarkan Iqro (Baca Al-Qur’an). Sayang baru berjalan 1 pertemuan tidak bisa berjalan lagi, dikarena Ibu itu harus ke Afrika.
Begitulah liku-liku dakwah di daerah pedalaman. Menurut suami Gusrianingsi ini,tugas di Nias penuh dengan tantang. Dan tantangan yang paling dirasakan adalah terbatasnya alat bantu atau media dakwah yang dapat digunakan sebagai tambahan referansi dakwah Islam.
Momen Qurban
Idul Adha merupakan saat bagi kaum muslimin untuk melakukan syiar Islam dengan menjalankan syariat ber qurban. Menyembelih hewan qurban bisa dijadikan sebagai sarana berdakwah terutama di kawasan-kawasan yang sangat jarang dilaksanakan penyembelihan hewan qurban.
Imam Akbar juaga salah satu dai Hidayatullah di Nias, dia berada di desa Siwalubanua II (Minoritas) Kecamatan. Gunungsitoli Idanoi. Kab. Nias. Saat ini Hidayatullah memiliki anak asuh sebanyak 70 orang dan di tambah pengasuh 10 orang.
Tahun 2011 yang lalu Hidayatullah Nias hanya menyembelih 2 ekor kambing untuk qurban. “Semoga tahun ini lebih banyak lagi”, demikian harap masyaarakat. Jika tahun inia ada kiriman qurban lebih banyak akan dibagikan untuk masyarakat muslim Nias dan masyarakat lainnya. Mereka berjumlah 85 KK (Tetehosi) dan 150 KK (Fowa), kami di sini dalam setahun untuk makan daging hanya pada saat Idul Adha aja, itu pun kalau ada yang ber Qurban di tempat kami. “Ujar Ust. Sriyono.
Harga Hewan Qurban di Nias Rp. 1.900.000, – untuk kambing, dan Rp. 12.000.000,- untuk sapi. Harga yang lebih tinggi dikarenakan kelangkaan hewan di Nias sehingga mendatangkat dari luar daerah, besaran biaya transportasi dan biaya operasional distribusinya.
Bagi pembaca yang ingin qurban untuk Nias, bisa disalurkan melalui pengelola hidayatullah.com, dana qurban bisa ditransfer melalui rekening Bank Mandiri No. Rek:141-00-0972413-9 an. PT. Lentera Jaya Abadi (pengelola hidayatullah.com), SMS konfirmasi : 0857 4894 7940; 081 330 770 531 dan akan diteruskan kepada dai-dai yang bertugas di Nias.