Hidayatullah.com–Konflik antara etnis Muslim Rohingya dengan kelompok Budha radikal di Myanmar kembali terjadi. Menurut Heru Susetyo.SH yang pendiri Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya-Arakan (PIARA), pemerintah Myanmar telah melakukan kebohongan informasi mengenai fakta asli Rohingya.
Pada dasarnya kondisi Rohingya belum kunjung membaik. Menurutnya masih terjadi pembakaran masjid, rumah, pengejaran hingga pembunuhan terhadap muslim Rohingya.
Bahkan kedatangan Jusuf Kalla, Hidayat Nurwahid hingga istri Endrogan ke Myanmar justru dimanfaatkan oleh Pemerintah Myanmar untuk meredam perhatian umat Islam.
“Kita terlena dengan kedatangan tokoh-tokoh tersebut, dan itu menjadi senjata pemerintah Myanmar untuk meredam perhatian umat Islam,” jelas Heru Susetyo kepada hidayatullah.com, Rabu, (24/10/2012).
Menurut Heru, hilangnya perhatian terhadap Rohingya dikarenakan umat Islam belum pandai dalam mengelola Isu. Heru mengambil contoh kasus pembunuhan terhadap aktivis Kontras Munir. Hingga hari ini seorang Munir selalu diingat dan diperjuangkan.
“Sedangkan Rohingya baru satu bulan setelah ramadhan umat Islam sudah tidak bergairah, padahal rakyat Rohingya masih membutuhkan perhatian umat Islam,” jelasnya.
Heru menekankan perjuangan Rohingya jangan dijadikan komoditas jual beli kemanusiaan. Permasalahan Rohingya tidak semata selesai dengan hadirnya bantuan kemanusiaan.
Menurutnya selama muslim Rohingya tidak mendapat pengakuan kewarganegaraan oleh pemerintah Myanmar maka selamanya masalah ini tidak akan selesai.
“Tugas kita adalah memperjuangkan hak kewarganegaraan Rohingya bukan semata memberikan bantuan kemanusiaan saja,” jelasnya.*