Hidayatullah.com—Media besar pasti memiliki awak jurnalis yang banyak. Reuters misalnya, memiliki sedikitnya 1.100 wartawan dan fotografer yang tersebar di 79 negara. Media ini juga tersedia dalam berbagai bahasa: Inggris, Spanyol, Jerman, Arab, Prancis, Jepang, dan sebagainya. Hal itu dilakukan Reuters mengingat efek media begitu dahsyat, terutama bisa menjadi alat propaganda.
Tak pelak, media ini menjadi rujukan media di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Masalahnya, bagi media, tak mudah memproduksi wartawan handal dengan jumlah banyak. Butuh waktu dan biaya tinggi. Terlebih bagi media Islam, di Indonesia sendiri belum ada media yang memiliki kemampuan sebesar itu. Hal ini mengemuka dalam acara “Up Grading Dai se-DIY-Jawa Tengah Bagian Selatan” dalam sesi News Maker belum lama ini.
Acara yang dihadiri sekitar 35 utusan Pimpinan Daerah (PD) Hidayatullah ini menghadirkan Pemimpin Redaksi Majalah Suara Hidayatullah, Dadang Kusmayadi.
Meski media di bawah Kelompok Hidayatullah Media (KMH) masih relatif kecil, namun dikauinya telah memiliki jaringan dari Sabang hingga Merauke yang bisa menjadi modal kekuatan.
“Bayangkan jika para da’i kita di seluruh Indonesia bisa memberitakan, bisa menjadi dai sekaligus jurnalis, media kita bisa menjadi besar,” terangnya.
Hidayatullah Media, katanya, saat ini memiliki dua media; versi cetak (Majalah Suara Hidayatullah) dan versi online (hidayatullah.com). Bahkan, katanya, dua media tersebut termasuk media tertua dan cukup banyak pembacanya. Untuk majalah, lanjutnya, perbulan bisa mencetak lebih 50 ribu eksemplar dengan pembaca lebih dari 250 ribu orang. Belum terhitung versi online nya.
Karena itu, menurutnya, dakwah bil qalam (tulisan) dinilai memiliki efek jangkauan lebih besar dibanding dakwah dengan lisan (bil lisan).
“Jika berceramah mungkin hanya bisa didengar ratusan bahkan ribuan orang. Tapi, dakwah dengan pena bisa lebih dari itu dan bisa dinikmati sampai kapanpun,” ujarnya.
Belajar jurnalistik
Selain memaparkan pentingnya dakwah dengan pena, Dadang Kusmayadi juga memberikan trik dan tips menulis berita yang memikat dan layak muat. Katanya, menulis berita harus memenuhi enam unsur: when, who, where, what, why, dan how (5 W dan 1 H).
Menurutnya, bahkan kehidupan dai sendiri adalah sesuatu yang sangat menarik. Banyak sisi yang bisa diceritkan pada media.
Dalam acara tersebut, peserta juga dilatih untuk membuat berita. Bagi berita terbaik akan mendapat hadiah sebesar Rp 250 ribu dari Mucommindo Jaya Cemerlang.
Ketua Pelaksana acara, Ahmad Salim Sukamto mengatakan, acara tersebut dilaksanakan untuk menyuntik semangat dakwah para dai di daerah. Selain itu juga agar para dai melek media dan bisa menulis.*