Hidayatullah.com–Kunci persatuan Umat Islam, khususnya di Indonesia, bukan kekayaan negeri ini, melainkan dengan kembali kepada al-Qur’an. Sebab, Allah SWT telah menegaskan hal ini di dalam wahyu-Nya. Demikian disampaikan Sekjen Pimpinan Pusat Hidayatullah Ir. Abu A’la Abdullah di Masjid Baitul Karim, Polonia, Jakarta Timur, Jumat (8/2/2013).
“Siapa yang bisa menyatukan hati kita? Wa allafa baina quluubihim. Lau anfaqta maa fil ardhi jamii’an maa allafta baina quluubihim wa laakinnallaaha allafa bainahum…” ujar Abu A’la mengutip potongan Surat al-Anfal ayat 63. Dari ayat tersebut, Abu A’la menjelaskan, walaupun harta kekayaan di bumi dibelanjakan untuk menyatukan hati-hati manusia, takkan pernah bisa bersatu tanpa kehendak Allah SWT. Allah-lah yang punya kuasa mempersatukan hati manusia, katanya.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok itu pun mengimbau umat Islam untuk beragama secara utuh. “Kuncinya adalah umat Islam harus ngerti al-Qur’an, paham al-Qur’an, yakin al-Qur’an, melaksanakan al-Qur’an. Itu aja sebenarnya,” tegasnya di depan ratusan jamaah.
“Umat Islam itu berjaya, umat Islam itu bisa membangun peradaban hebat yang mengungguli peradaban jahiliyah bukan karena kekayaannya. (Tapi) karena taat kepada al-Qur’an, cinta pada al-Qur’an,” jelasnya lagi.
Abu A’la menambahkan, mengatur manusia sangat susah dibanding mengatur makhluk-makhluk Allah lainnya. Ia tidak menampik, kekayaan umat Islam bisa dijadikan alat untuk menyatukan umat. Hal itu jika benar-benar digunakan untuk kepentingan agama.
Dicontohkan kejayaan Islam pada zaman Rasulullah Muhammad SAW. Saat itu, banyak sahabat Nabi yang kaya raya, semisal Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Mereka mengorbankan harta kekayaan untuk membangun umat, bukan untuk berleha-leha. “Perasaan (berkorban) itu yang hilang (dari umat Islam) sekarang,” katanya.*