Hidayatullah.com– Di bulan Ramadhan, biasanya kaum Muslimin bersifat lebih dermawan dibanding bulan-bulan lainnya. Situasi ini tampaknya dimanfaatkan sejumlah orang untuk “memancing di air keruh” dengan menipu. Salah satu modusnya dengan meminta uang dan pulsa via telepon atau Short Message Service (SMS). Sudah bukan barang baru, jika permintaan seperti ini berujung penipuan.
Seperti yang diceritakan Norma Arbia Juli Setiwan, salah seorang klien iklan majalah Suara Hidayatullah (Kelompok Media Hidayatullah/KMH) pada Jum’at (19/7/2013) pagi. Pria asal Depok, Jawa Barat ini mengatakan bahwa dirinya dimintai pulsa oleh orang misterius.
“Assalamu’alaikum, Pak Mur (Muryanto. Red) saya dapat SMS ini: ‘Assalamualaikum. Maaf, Pak, bisa kirimkan pulsa Rp 100 ribu-kah untuk ana (Saya. Red) jual lagi pake beli beras 5 kilogram sama susu SGM 1 untuk anak saya. Minta tolong sekali dulu, Pak, yah. Demi Allah nanti kalo ana ada rezeki pasti ana ganti’,” tutur Norma meneruskan SMS itu kepada Muryanto, Staf Iklan KMH.
Melalui pesan singkat yang diperlihatkan Muryanto kepada hidayatullah.com di kantor KMH, Polonia, Jakarta Timur itu, Norma menceritakan, pengirim SMS tersebut atas nama Raziq. Dia mengaku alumnus Pondok Pesantren Hidayatullah Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim).
“Kasian anak saya dari tadi malam nangis terus kasian kelaparan, Pak. Istri saya meninggal 2 minggu yang lalu karena sakit. Saya tinggal di pelosok berdua dengan anak saya umur 11 bulan,” pelas Raziq dalam SMS-nya, tanpa menjelaskan detail tempatnya.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Norma lantas menghubungi Muryanto, guna memastikan apakah pengirim SMS tersebut orang Hidayatullah atau bukan.
Kepada Norma, Muryanto berpesan agar kliennya tidak langsung percaya. Menurutnya, dia sering menerima permintaan serupa Raziq dari orang berbeda. Termasuk pada bulan Ramadhan sebelumnya.
“Sering kaya gitu. Ada dua klien bilang kaya gitu. Nomor (kontak) klien saya masang iklan di majalah, tahu nomornya dari situ,” terang Muryanto kepada media ini.
Kasus serupa dialami Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Bontang Ustadz Sofyan Sumlang saat dikonfirmasi media ini mengaku tidak kenal dengan Raziq.
“Sampai tahun lalu nggak ada nama itu. Saya konfirm dengan guru di (Hidayatullah) Bontang, nggak pernah ada nama itu,” ujar pria yang bergabung di Hidayatullah Bontang sejak tahun 1990 silam ini.
Wartawan Pun Disasar
Sementara itu, baru-baru ini seseorang tak dikenal bernama Ihsan menghubungi salah seorang awak redaksi hidayatullah.com. Penelepon yang mengaku bernama lain Ansar itu berkali-kali menghubungi media ini via telepon seluler dan SMS. Dia mengaku sebagai salah seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), Kaltim.
Ihsan alias Ansar bercerita, dia sudah meringkuk di penjara selama 2 tahun. Berawal dari kasus kecelakaan di Bontang yang melibatkannya. Setelah ditahan Polres Bontang selama beberapa bulan, dia lalu dipindahkan ke Lapas Tenggarong. Pemilik nomor ponsel 081345005xxx itu pun berharap dibesuk dan dibawakan pakaian shalat serta makanan.
Ihsan mengaku dapat nomor kontak awak media ini dari seseorang yang nomornya tercantum di Majalah Suara Hidayatullah. Karena tak kenal Ihsan sama sekali, media ini mengkonfirmasi salah seorang pengurus Hidayatullah di Kukar, Abdul Rahman.
Ternyata, menurut Rahman, dia pernah pernah dihubungi oleh seseorang yang juga bernama Ansar pada Januari lalu. Kepada Rahman, Ansar menyampaikan cerita dan permohonan nyaris sama dengan yang dikatakan kepada awak media ini.
Ansar saat itu bahkan mengaku kepada Rahman jika masa tahanannya akan segera habis delapan bulan ke depan. Namun nyatanya tidak benar.
“Jangan ditanggapi, Sekitar bulan 1 (2013) saya pernah besuk Ansar 3 kali kita bawakan perlengkapan shalat dan sembako. Tapi setelah kita kroscek ke Lapas (Tenggarong) ternyata tidak sesuai dengan omongannya,” ujarnya sembari berpesan kepada hidayatullah.com, Rabu (17/7/2013) lalu.
Pesantren juga Jadi Incaran
Berdasarkan kesaksian yang dihimpun hidayatullah.com, modus yang diduga kuat sebagai penipuan via telepon dan SMS beberapa kali dialami warga, santri dan pengurus Hidayatullah di Tomohon. Nuryadin Madjid, salah seorang pengurus Hidayatullah Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut) mengatakan, bahwa salah satu rekannya di Bolang Mongondow, Sulut pernah mendapatkan SMS bernada serupa. Berikut bunyi SMS tersebut yang diteruskan kepada hidayatullah.com via jejaring sosial, Selasa lalu.
“Assalamualaikum. Maaf, Pak Amir Hasan (tulis nama, sok akrab pula. Pen). Saya Ihsan, minta tolong keridoan hatinya, istri saya meninggal di rumah sakit Dirgahayu Samarinda tadi jam 9 WITA. Ana kekurangan dana Rp 300 ribu untuk memulangkan jenazah istri saya ke Bontang. Minta tolong sekali, Pak. Insya Allah tanggal 15 ana ganti. Tolong, Pak, keridoan hatinya, demi Allah ana membutuhkan sekali sekarang. Tolong balas!”
Pimpinan Wilayah Hidayatullah Sulut, Ustadz Ali Murtadho juga punya cerita tentang modus serupa. Oleh orang tak dikenal yang menghubunginya, Ali dimintai permohonan serupa tapi beda.
“Kalo sama saya dia bilang Ikrom, (mengaku) istrinya meninggal di RS Tenggarong. Eh, seminggu kemudian ngaku nama Iksan. Istrinya mati lagi di Tenggarong. Eh, seminggu kemudian dia nelpon lagi, minta mie dan beras karena berada di tengah kampung pedalaman,” tutur Ali.
“Nomornya sudah nggak ada yang aktif. Ada dua, 085393555xxx dan 085389376xxx,” tambahnya.
Rima Ummu Izzah, nama samaran, lain lagi kisahnya. Istri Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah Hidayatullah Sulawesi Tengah Ustadz Ahmad Arsyad ini bercerita, pernah seseorang menelepon suaminya meminta duit.
“Abi-nya (bapaknya anak-anak) ditelepon dan SMS sama orang yang ngaku namanya Shabirin dari Tenggarong. Minta uang Rp 300 ribu buat nebus istrinya yang meninggal di rumah sakit. Setelah dinasehati untuk tidak menipu, dia malah minta dikirimi pulsa Rp 100 ribu,” tutur Rima kepada media ini Rabu lalu.*