Hidayatullah.com—Serangan militer Mesir yang menelan banyak korban berjatuhan melahirkan gerakan simpati dan dukungan di tanah air. Ketua Umum Dewan Mesjid Indonesia, M. Jusuf Kalla (JK) yang juga mantan Wakil Presiden RI menghimbau masjid-masjid di seluruh tanah air untuk melakukan shalat ghaib.
JK meminta seluruh masjid dan mushollah di Indonesia, hari Jum’at (16/08/2013) ini, untuk menggelar sholat ghaib dan mendoakan para korban dalam penanganan aksi unjukrasa di Mesir. Jusuf Kalla juga meminta agar seluruh masjid mendoakan keselamatan pelajar dan warga Indonesia yang menetap di Mesir.
“Selaku Ketua DMI meminta seluruh mesjid di Indonesia pada Jumat (16/08/2013), sholat ghaib dan mendoakan korban penanganan aksi unjukrasa di Mesir,” ujar Jusuf Kalla dalam rilis yang dikirim ke hidayatullah.com, Jumat (16/08/2013).
Selain itu ia meminta Warga Negara Indonesia (WNI) dan para pelajar asal tanah air untuk tetap berada di tempat yang aman hingga mendapatkan evakuasi.
Menurut JK, kerusuhan yang memakan banyak korban jiwa ini menyita perhatian masyarakat internasional. Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia jugaikut bersedih atas goncangan di Mesir.
Ajak qunut
Sementara itu, Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh menyerukan ummat Islam untuk mendo’akan saudara seiman yang ada di Mesir.
“Kepada semua imam mesjid dan meunasah seluruh Aceh untuk mendo’akan kedamaian dan ketentraman di Mesir. Pemerintah melalui MPU dan instansi berwenang lainnya hendaknya menyerukan pembacaan Qunut Nazilah di seluruh Aceh,” tukas H.M. Fadhil Rahmi, Ketua IKAT-Aceh dalam rilis yang dikirim ke hidayatullah.com.
Menurut IKAT, Qunut Nazilah adalah doa yang diucapkan untuk menolak kezhaliman musuh-musuh Islam dan menghindarkan diri dari berbagai fitnah serta musibah. Doa Qunut diucapkan pada setiap shalat fardhu, yaitu ketika I’tidal setelah ruku’ pada rakaat terakhir. Suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi musibah dan kezaliman.
Kepada warga Aceh yang berada di Mesir juga diminta untuk menjaga ketenangan namun tetap meningkatan kewaspadaan serta keamanan diri dan keluarga di kediaman serta lingkungan. Juga memonitor perkembangan situasi melalui berbagai sarana seperti media massa, baik cetak maupun elektronik, dan sarana lainnya.
“Hendaknya menjauhi pusat konsentrasi massa seperti Tahrir, Gedung Radio & Televisi, Abbasiyah, Rabeah El-Adaweya, wilayah Universitas Cairo, Ittihadeya, dan tempat lain di Cairo dan kota lain yang menjadi tempat konsentrasi massa,” ujar Fadhil mengutip himbauan KBRI Mesir kepada para WNI di Mesir yang di rilis tgl 14 Agustus 2013.*