Hidayatullah.com—Sejarah perjuangan umat Islam dalam merebut kemerdekaan Indonesia masih dikaburkan. Banyak catatan sejarahyang menulis kontribusi ulama dan santri yang tidak tercatat dan terpublikasikan secara benar kepada bangsa terutana umat Islam. Hal ini terjadi disebabkan penulisan sejarah akan ditentukan siapa yang memimpin negeri ini.
Demikian diungkapkan sejarawan Prof. Ahmad Mansur Suryanegara dihadapan seribuan kaum Syarikat Islam Jawa Barat yang menghadiri acara Silaturrahim Akbar di Islamic Center Jabar, Selasa (27/8/2013) kemarin.
Ia menambahkan penulisan sejarah itu sangat penting bagi kepentingan bangsa dan negara khususnya umat Islam dalam mengisi kemerdekaan dan menyongsong masa depan. Namun karena tidak ditulis secara benar maka banyak umat Islam yang tidak paham sejarah sebenarnya.
“Perjuangan umat Islam seringkali dikaburkan dengan penulisan sejarah kelam “pemberontakan Kartosoewiryo di Jawa Barat, Daud Beureuh di Aceh atau Kahar Muzakar di Sulawesi, tokoh Islam hanya ditulis sebagai pemberontak. Padahal mereka dicap sebagai pemberontak oleh siapa, tak lain musuh Islam sendiri yang notabene juga musuh negara,” terang penulis buku API Sejarah tersebut.
Mansur juga mengkritik pemberian gelar pahlawan kepada seseorang yang masih dipertanyakan kontribusinya kepada bangsa dan negara.Disisi lain banyak ulama dan pejuang kemerdekaan yang yang di cap sebagai pengkhianat bangsa.Ia mencontohkan HOS Tjokroaminoto sebagai tokoh Syarikat Islam adalah tokoh yang pertama kali mengumandangkan akan nasionalisme atau semangatkebangsaan yang dilandasi cinta negara dan juga cinta agama.
“Perlu saya tegaskan, HOS Tjokroamintoto adalah Muslim yang taat dan memegang teguh agamanya tetapi mempunyai semangatkebangsaan yang lebih jika dibanding tokoh-tokoh nasional yang kemudian baru dikenal setelahnya. Beliaulah yang pertama kali memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa ini. Soekarno atau DR Soetomo sekalipun sesungguhnya bukanlah yang menjadi pionir yang terkait nasionalisme kebangsaan di negeri ini, “jelasnya.
Dirinya justru mengaku yang menghina Islam dan menyatakan Nabi Muhammad sebagai orang yang keliru. Harusnya,sambung Mansur, Hari Kebangkitan Nasional diperingati untuk mengenang (HOS) Tjokroaminoto yang menjadi peletak dasar nasionalisme yang juga seorang ulama.
Untuk itu dirinya menghimbau bangsa Indonesia khususnya umat Islam agar belajar sejarah secara benar dengan mengacu sumber sejarah yang akurat. Hal ini perlu dilakukan sehingga bangsa ini tidak ditipu oleh penulisan sejarah yang salah,hanya karena ada kepentingan politik penguasa.
“Baca buku dan pelajari sejarah dari sumber yang benar dan terpercaya, salah satunya dari buku yang saya tulis,” pungkas Mansur.*