Hidayatullah.com–Berdakwah di Padang Sumatera Barat (Sumbar) semakin penting mengingat gentingnya gerakan misionaris di kota tersebut. Demikian disampaikan Pendiri Arrahman Quranic Learning Islamic Center (AQL), Ustad Bachtiar Nasir (UBN) di hadapan perantau Minangkabau di Jakarta.
Karena itu, UBN berencana mengadakan “Pulang Basamo” (Mudik Bersama) dengan para perantau Minang di Jakarta awal 2014 nanti.
UBN juga menghimbau perantau asal Minangkabau untuk mulai berdakwah di tanah Minang. Sebab Dakwah di Sumbar harus dipikirkan oleh semua orang Minang, tak terkecuali yang tinggal di sana atau yang berada di perantauan.
Sekjen Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) itu juga meminta warga Minang melepaskan sekat kesukuan dan lembaga saat pulang kampung nanti.
“Tidak usah mikir alumni sekolah mana, pokoknya satu pesawat. Sampai di sana, Ustadz Elvi (panggilan Muhammad Elvi Syam) akan mengumpulkan jamaah-nya dan kita akan mengadakan pengajian bersama,” ulasnya.
UBN berharap dengan jalinan persaudaraan yang terbentuk, mereka bisa lebih cepat menyelesaikan persoalan umat Islam di Sumbar.
“Dan tentunya, harus ada sesuatu yang dibawa. Buktikan bahwa Anda adalah orang yang sukses di rantau,” himbaunya pada ratusan perantau asal Minangkabau di Arrahman Quranic Learning Islamic Center (AQL), Tebet, Jakarta Selatan.
UBN juga mengajak jamaah mengumpulkan dana. Dan dengan harapan agar dana yang terkumpul bisa menjadi amunisi dakwah di Sumbar.
Mendukung agenda “Pulang Basamo”, Ustadz Muhammad Elvi Syam, Anggota Komisi Fatwa MUI Sumatera Barat sempat mengatakan, Sumbar merupakan mercusuar pulau Sumatera dalam akidah keislaman.
“Kalau Sumatera Barat berhasil digoyahkan, maka darah mudah ditumpahkan,”tegasnya. Jika itu terjadi, maka perusakan akidah lebih mudah masuk sampai ke Jambi, Bengkulu, dan juga Riau tambahnya.
Menurtnya, salah satu cara penghalauan gerakan pemurtadan di Sumbar adalah menghidupkan majelis ilmu di setiap Kabupaten dan Kota. Sayangnya, karena keterbatasan dana, para pengajar belum bisa tersebar secara merata.
Ketua Umum Yayasan Dar el Iman itu meyakinkan andil perantau sangat besar bagi proyek dakwah ini. Apalagi perantau Minang dikenal sepak terjangnya dalam bidang bisnis.
Dengan keuangan perantau, seharusnya bisa bisa membangun rumah sakit untuk umat seperti bagaimana Siloam berencana membangun rumah sakit senilai Rp. 3 Triliun.
“Saya rasa amat mudah kalau kita bersama-sama,”ucap Elvi yang gencar menghalau pemurtadan di sana.
Ia berkaca pada pengalaman salah satu perantau di Jakarta yang mampu menghimpun dana sebesar Rp. 1,1 M hanya dalam waktu dua hari. Ia memiliki keyakinan, hal yang sama juga bisa dilakukan oleh para perantau Minang lainnya.*