Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hidayatullah.com—Sekitar dua ratusan ulama dan dai yang tergabung dalam Forum Silaturrahim Murobbi (FSM) Kabupaten Tasikmalaya mengikuti kajian sekaligus bedah buku “Mengenal & Menwaspadai Bahaya Penyimpangan Syiah.
Acara yang diselenggarakan oleh FSM bersama dengan MUI Kabupaten Tasikmalaya tersebut menghadirkan narasumber Prof. Dr. Mohammad Baharun dari Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat.
Dalam paparannya Baharun menegaskan bahwa ummat Islam untuk tidak ragu lagi menyatakan akan kesesatan suatu paham dengan merujuk pada kreteria yang telah ditetapkan oleh MUI,termasuk didalamnya paham Syiah. Ia menambahkan bahwa salah satu latar belakang terbitnya buku tersebut adalah untuk menjawab pertanyaan ummat Islam akan paham Syiah.
“Buku ini kami rasa cukup lengkap sebagai langkah awal untuk menjelaskan apa,bagaimana dan siapa Syiah itu. Namun untuk lebih mendalam lagi tentunya harus ada lagi merujuk kitab-kitab mereka sendiri,waktunya tidak cukup sehari tetapi minimal dua semeseter,” jelasnya di Gedung Pusdai Pagerageung Tasikmalaya belum lama ini.
Selain memaparkan buku tersebut dirinya juga menjelaskan tentang Syiah berdasarkan penelitian dan kajiannya selama ini.Sementara itu dalam sesi dialog dan menjawab pertanyaan peserta akan peran MUI dalam mensikapi gerakan Syiah dilapangan,Baharun menjelaskan bahwa posisi MUI adalah lembaga yang menetapkan status hukum suatu perkara bukan lembaga yang bisa mengambil tindakan hukum.
“Jika ada kelompok yang dianggap menistakan ajaran Islam yang mengarah pada kesesatan makan maka harus lembaga atau aparat penegak hukum yang bertindak. Jadi tidak benar jika selama ini terkesan MUI pasif hanya mengeluarkan fatwa saja tanpa mengambil tindakan,karena mempunyai kewenangan masing-masing,”jelas penulis buku-buku tentang Syiah tersebut.
Dari kegiatan tersebut pihaknya berharap umat bisa memahami antara perbedaan dan penyimpangan. Dengan mengulang jargon bahwa perbedaan ditoleransi dan penyimbangan diamputasi,ia mengajak umat Islam dapat mengawal fatwa-fatwa MUI.
Sementara itu ditemui usai acara Ketua Forum Silaturrahim Murobbi,H.Jeje Turmudzi,LC menjelaskan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan untuk memberi bekal kepada para anggotanya untuk memahami apa dan siapa saja kelompok aliran sesat di Indonesia,termasuk Syiah. Ia menambahkan forum yang terbentuk sejak 1998 lalu dengan anggota lintas ormas dan beberapa pengasuh pondok pesantren tersebut rutin mengadakan kajian serupa.
“Setiap bulan kita adakan kajian rutin namun yang kita kaji bukan masalah furu’ (cabang) tetapi yang mendasar.Perbedaan furu’ kita serahkan ke masing-masing anggota,kalau Syiah sudah jelas akidahnya,”ujarnya kepada hidayatullah.com.
Dirinya mengaku untuk Syiah sendiri sempat akan mencul di daerahnya.Namun berkat kesiapan dan kewaspadaan segenap elemen umat Islam potensi tersebut dapat digagalkan.Pihaknya juga menghimbau jika di tengah masyarakat ada riak paham sesat agar umat segera merespon dan melapor.
“Beberapa tahun lalu ada kelompok yang akan mendirikan pesantren namanya Al Huseiniyah setelah kita kaji,teliti dan investigasi ada paham Syiah langsung kita tolak,”pungkasnya.
Pada kesempatan tersebut pihak panitia membagikan buku terbitan MUI Pusat kepada para peserta.Panitia berharap buku tersebut sebagai rujukan dalam menjelaskan kepada umat Islam tentang siapa,apa dan bagaimana Syiah sebenarnya.*