Hidayatullah.com–Menteri Agama Suryadharma Ali hari ini, hari Kamis (22/05/2013) membuka “Muzakarah Rukyah dan Takwim Islam Negara Anggota MABIMS” yang diselenggarakan di Jakarta.
MABIMS merupakan pertemuan tahunan antara delegasi para Menteri Agama Negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Menag menyoroti tidak meratanya kompetensi masing-masing negara dalam bidang hisab dan rukyat.
Menurutnya, tidak semua negara anggota MABIMS mempunya sumber daya manusia yang mempunyai keahlian di bidang hisab rukyat.
“Tidak semua SDM anggota MABIMS memiliki keterampilan dalam melakukan hisab dan rukyat. Muzakarah ini saya harap merekomendasikan program saling tukar ilmu pengetahuan agar kita memiliki kemampuan yang sama dalam pelaksanaan hisab-rukyat,” pesan Menag kepada para delegasi MABIMS dikutip laman Kemenag.
Hadir dalam kesempatan ini, Sekjen Kemenag Nur Syam, Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil, Sekretaris Ditjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muhtar Ali, serta Kepala Pusat Informasi dan Humas Zubaidi.
Selain delegasi dari masing-masing anggota MABIMS, Muzakarah Rukyah dan Takwim Islam juga diikuti oleh para ahli hisab dan rukyat.
Menag mengingatkan bahwa problematika penetapan awal bulan Qamariyah terjadi hampir di seluruh negara-negara Islam. Menag mengku pernah diundang oleh Majelis Fatwa di Turki dalam sebuah pertemuan yang juga dihadiri oleh utusan dari negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, dan ternyata problem mereka dihadapi juga sama.
“Jadi bukan saja di Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia saja, tapi negara-negara lain juga mengalami hal yang sama,” tegasnya.
Meski demikian, Menag berharap setiap anggota MABIMS dapat merangkul semua kelompok-kelompok dalam Islam di negara masing-masing yang memiliki aturan dan criteria hisab-rukyat yang berbeda dalam menetapkan awal bulan Qamariyyah.
Senada dengan Menag, delegasi Singapura Firdaus Yahya berharap muzakarah ini akan menghasilkan kesepakatan yang memungkinkan terjadi pertukaran pengetahuan dan informasi seputar hisab dan rukyat. Firdaus mengusulkan agar dilakukan observasi rukyat secara bersama di masing-masing Negara anggota MABIMS secara bergantian.
Firdaus mengaku di negarangnya masih kekurangan SDM yang mahir dalam ilmu falak.
“Observasi selama ini masih dilakukan sendiri-sendiri. Kami kekurangan SDM yang mahir ilmu falak. Kalau dilakukan observasi bersama, diharapkan akan terjadi proses saling belajar dan saling bertukar pengetahuan,” harapnya.*