Hidayatullah.com–Hizbuh Tahrir Indonesia (HTI) tetap menolak berbaiat dengan Khilafah Daulah Islamiyah Iraq wa Syam (DAIS/ISIS/ISIL).
Melalui juru bicaranya, Ismail Susanto, HTI beralasan bahwa penolakan yang dilakukan karena disebabkan beberapa perkara. Di antaranya ISIS dianggap belum memiliki daerah yang otonom, aman, dan kaffah.
“ISIS harusnya berdiri di daerah otonom. Aman dan kaffah,” ucap jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto saat menjadi pembicara bertema “Memahami ISIS dan Monsterisasi simbol-simbol ajaran Islam” dalam Pengajian Politik Islam (PPI) Al-Azhar Masjid Agung Al-Azhar, Jl. Sisingamangaraja Jakarta Selatan Ahad (14/09/2014).
Sementara itu, kejadian-kejadian yang dialami oleh umat Islam di tanah air, dengan adanya penangkapan oleh aparat sejumlah orang karena menggunakan simbol kalimat tauhid, Ismail menduga adanya setting-an agar umat awam takut mendengar nama ‘khilafah’ dan jihad.
Maka dari itu, ia berpendapat sebaiknya umat Islam mewaspadai adanya gerakan-gerakan yang memelintir makna jihad dan khilafah. Terlebih simbol ISIS adalah kalimat tauhid, kalimat yang mulia. [baca: Sekjen FUI: Ada Usaha Memelihara Pemberitaan ISIS di Indonesia]
“Dengan simbol tersebut, jangan biarkan umat menjadi takut: Khilafah dan jihad. Keduanya adalah mulia di mata Allah,” tegasnya. Sebagaimana pendahulu bangsa Indonesia, yakni KH Hasyim Asyari pun pernah mengeluarkan ‘resolusi’ jihad dalam mengusir penjajah.
Perlu diketahui, ISIS hingga kini masih menjadi polemik. Namun, umat Islam diharapkan dapat mengambil inti dari hal tersebut di mana harapan khilafah sebagai cita-cita persatuan umat Islam seluruh dunia.*