Hidayatullah.com–Aliansi Pemuda Islam Indonesia (APII) menegaskan beberapa kritik awal kepada pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla terkait penyelenggaraan acara pesta rakyat.
“Dalam pelantikan presiden, budaya pesta seperti itu belum pernah dilakukan oleh bangsa ini”, tukas Agastya.
Apalagi dalam syukuran rakyat tersebut, Monas malah menjadi tempat ajang dugem hingga larut malam, minum minuman alkohol tak terhindarkan, sampah bertebaran, bau pesing di mana-mana, yang tak sesuai dengan gagasan Revolusi Mental, demikian disampaikan Agastya Harjunadhi, Presiden APII.
Selain itu, APII menganjurkan agar Presiden Joko Widodo tidak terlalu sering membuat “drama politik” berlebihan dan lebay dalam bersikap. Misalnya dengan ingin mengumumkan kabinetnya di Pelabuhan Tanjung Priok.
“Walau penekanan pembangunan Indonesia nanti dalam hal maritim, rasanya tak perlu juga lakukan ceremonial model drama pertunjukan semacam itu. Branding boleh aja, tapi janganlah berlebihan. Lebih parahnya acara yang menghabiskan dana sekitar 700 juta tersebut batal tanpa ada alasan yang jelas,” kritik Agastya.
Kritikan senada juga disampaikan oleh pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio. Ia menilai penggunaan simbol-simbol tersebut berhubungan dengan branding kabinet Jokowi.
“Jokowi memang dekat dengan drama. Sejumlah set drama yang sudah pernah dilakukan sejak rumah pitung, pinisi dan sekarang Priok. Dan untuk branding flagship Jokowi yang maritim, priok jadi strategis bagi branding dia,” kata Hendri di Jakarta.
Hendri dan Agastya menilai simbolis-simbolis seperti itu justru akan menjadi bumerang bagi Jokowi. Lambat laun, masyarakat akan bosan dan justru menanggapnya sebagai sesuatu yang tidak substansial.
“Kalau selama lima tahun begini terus, ya jadi negatif dan budget yang keluar jadi lebih banyak,” ujar Hendri.
“Bayangkan kalau pengumuman cukup di Istana, maka biaya akan lebih kecil,” tambah Agastya.
Persiapan pengumuman kabinet di Tanjung Priok sudah dilakukan sejak Rabu sore. Biro Pers Istana telah menyiapkan dua buah mobil caravan dan satu unit bus yang diperuntukkan bagi wartawan menuju Priok. Paspampres di lokasi sudah menyiapkan pengamanan mulai dari sterilisasi area hingga pemasangan security door, prosedur yang selama ini dilakukan untuk menyiapkan kedatangan presiden.
Pihak Pelabuhan Tanjung Priok pun sudah menyiapkan panggung, microphone tempat Jokowi berpidato, serta dilengkapi tata cahaya sedemikian rupa. Makanan dalam porsi dan jumlah besar juga telah disiapkan.
Namun, akhirnya, pengumuman tersebut batal. Pada pukul 21.00 WIB, semua tamu diminta membubarkan diri. Wartawan dan petugas Pelabuhan Tanjung Priok pun kebingungan karena tak ada yang menjelaskan mengenai alasan batalnya acara tersebut.*