Hidayatullah.com– Ketua Gerakan Beli Indonesia, Hepy Trenggono mengatakan, problem karakter kebangsaan yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini nyaris akan menenggelamkan peradaban.
Ia berharap bangsa Indonesia cepat melakukan perubahan dan partai-partai politik nasional harus mampu berbenah dan mau belajar kepada pengalaman negara lain, di mana karakter kebangsaan menjadi perioritas dalam memajukan suatu bangsa. Demikian peryataan saat berbicara di kantor pusat Gerakan Beli Indonesia di Mampang Jakarta Selatan, hari Ahad (25/01/2015).
Lebih jauh dia memaparkan, peradaban itukan bicara sebuah yang terbesar. Dalam peradaban itu ada sesuatu yang membentuk yang kita lihat itu namanya kultur. Dibawah kultur itu ada yang terjangkau oleh manusia untuk dilihat manusia secara tangible namanya karakter.
“Karakter itulah yang membentuk namanya kultur. Berbicara kebangsaan—maka Soekarno waktu dulu mengatakan, tugasnya adalah satu, yakni membangun karakter bangsa. Agar supaya apa? Bangsa Indonesia itu mampu menghadapi semua tantangan. “Realitas inilah yang saat ini ditanggalkan oleh para pemimpin nasional termasuk partai –partai politik sehingga peradaban kebangsaan keluar dari visinya ”ungkapnya dalam yang rilisnya pada hidayatullah.com.
Sambil mengupas peradaban kejayaan Islam, Hepy Trenggono, menuturkan, bahwa peradaban Islam yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaih Wassallah adalah karakter, karena karakter adalah kunci dari segala-galanya.
“Maka dari itu kalau kita lihat, Rasulullah itu berbeda dengan pemimpin-pemimpin dunia yang lain. Jika pemimpin-pemimpin besar didunia hampir termasuk Firaun, yang mereka bangun hampir semua yang bisa dilihat secara fisik seperti bendungan, istana, candi, monumen dan lain-lain. Tetapi mengapa Rasulullah tidak? Apa pesannya? Kata Rasulullah yang harus kita bangun yaitu karakter umat. Jika karakternya terbangun apapun akan terbangun jangankan hanya fisik dan kultur, peradaban itu akan terbangun.”
Kondisi inilah, menurut Hepy Trenggono, berbanding terbalik dengan Indonesia. Di Indonesia logika pembangunan karakter itu sudah sejak lama ditinggalkan dan lebih ditonjolkan adalah pembangunan penciteraan.
Anehnya pembangunan karakter tak dipedulikan lagi dan anehnya rakyat Indonesia dalam memilih sosok pemimpin selama ini hanya disuguhkan dengan penciteraan sebuah gambar, video seseorang tapi bukan karakter seseorang. Hal ini yang mengakibatkan banyak sekali para pemimpin-pemimpin di republik ini menyalahi amanah yang diberikan oleh rakyat dengan terjebak praktek korupsi.
Menurutnya, identifikasi dalam pembangunan karakter itu ada tiga. Pertama adanya kesadaran jati diri artinya apakah manusia itu paham tidak terhadap peran dan fungsinya. Kedua, orang yang berkarakter itu orang memiliki keyakinan sangat jelas dengan apa yang dia yakini.
“Contohnya orang dermanawan, dermanawan adalah sebuah karakter. Kenapa? Dia menyakini mengeluarkan duit itu tidak hilang. Ini menyelamatkan dan bahkan ini yang membuat dia lebih kaya.”
Ketiga adalah pembangunan karakter itu disesuaikan dengan pembelaan, apa yang sungguh sungguh dibela.
“Ketiga identifikasi dalam pembangunan karakter tersebut saat ini tersebut, “ kata Hepy Trenggono.
Saat ini, kata Hepy, perlu dibangkitkan diberbagai penjuru lini bangsa. Maka dari itu semua partai-partai politik nasional termasuk partai Islam saat ini jika ingin membangun dan menyelamatkan bangsa harus menempatkan pembangunan karakter sebagai visinya.*