Hidayatullah.com — Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlana Iskan ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta dalam dugaan korupsi pembangunan gardu induk PLN Jawa, Bali, Nusa Tenggara senilai Rp1,063 miliar.
Bos grup media Jawa Pos ini pun segera memastikan bahwa dirinya tidak akan menjadikan media miliknya sebagai corong pribadi. Alasannya agar grup Jawa Pos menjadi corong siapa saja. [BACA: Dahlan Iskan Ditetapkan Tersangka Kasus Gardu Listrik]
Untuk corong pribadi, Dahlan mengaku bisa membangun “korannya” sendiri agar jangan mengganggu Jawa Pos Group. Corong Dahlan itu adalah “Gardu Akal Sehat Dahlan Iskan” yang dia rilis dengan alamat situs www.gardudahlan.com.
“Saya tidak punya juru bicara. Kelihatannya gardudahlan yang akan jadi juru bicara saya,” kata Dahlan dalam keterangan pertamanya di Gardudahlan.com, dikutip media ini, Rabu (10/06/2015).
Toh, kata Dahlan, sudah ada internet. Opini-opini pribadi, kepentingan-kepentingan pribadi, aspirasi pribadi, ujarnya, bisa disalurkan melalui media online. Tanpa harus mengganggu media publik yang seharusnya menjadi milik publik.
“Sudah banyak tokoh yang memilih dan melakukan cara ini. Terutama bagi para tokoh yang merasa aspirasinya tidak tertampung di media publik,” tulisanya.
Dahlan mengatakan akan selalu menyalurkan keterangannya melalui gardudahlan itu. Dia menegaskan tidak akan memberikan wawancara pers. Termasuk tidak akan memberikan wawancara kepada Jawa Pos Group.
“Saya tidak ingin banyak pihak salah paham karena keterangan saya yang kurang pas. Tapi saya tidak akan melarang media untuk mengutip keterangan saya di gardudahlan itu,” tulisnya.
Dahlan mengaku lebih senang gardudahlan bersifat interaktif. Tapi dari pengalamannya di twitter, dia mengakui banyak serangan yang tidak mungkin bisa diklarifikasi olehnya. Mengapa? Alasannya, karena serangan itu dilakukan oleh mesin.
“Baru belakangan saya tahu, dan saya tertawa-tawa, bahwa ternyata saya itu memberikan penjelasan kepada mesin. Sia-sia,” tulisnya.
Gaya komunikasi Dahlan Iskan ini dinilai pegiat sosial media, MM Hidayat, sebagai penerapan komunikasi efektif. Menurut Hidayat, pola interaksi semacam ini sesuatu yang sebenarnya dapat diterima dengan baik di era digital saat ini.
“Pertama, kemungkinan salah kutip oleh media sangat kecil bahkan nihil. Selain itu, ini bisa menjadi contoh bagi pejabat atau public figure lainnya dalam berkomunikasi, agar tidak segera asal mengancam bawahan, main pecat, atau bersikap arogan lainnya ketika sedang terpojok,” tandasnya.*