Hidayatullah.com–Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Dr. Ending Bahruddin, menyatakan gerakan Islamisasi Sains dan Kampus (ISK) hendaknya mewujud menjadi gerakan yang nyata dan tidak berhenti dalam tataran diskusi semata.
“Mari mensyukurinya sekaligus mengevaluasi penerapannya.” Ungkap Ending dalam sambutan Diskusi Publik “Desekularisasi Demokrasi” yang diselenggarakan oleh Islamisasi Sains dan Kampus (ISK) UIKA Bogor (Sabtu, 8-8-2015).
Acara bertempat di Masjid al-Hijri II UIKA, bertepatan dengan milad ke-75 tahun AM. Saefuddin sebagai tokoh penggagas gerakan Islamisasi Sains dan Kampus di UIKA Bogor.
“Sebab ia tidak boleh berhenti dalam tataran diskusi saja, tapi harus jelas seperti apa capaian pelaksanaannya,” imbuh Ending kembali.
Menurut Ending, hal pertama yang ia lakukan ketika diberi amanah selaku Rektor UIKA adalah menetapkan Ketua Islamisasi Sains dan Kampus (ISK) selaku kordinator dalam penerapan ISK. Dalam hal ini ISK diketuai oleh Dr. Ahmad Rais hingga sekarang.
“Harus ada yang bisa menjelaskan dan mengarahkan dengan benar kemana arah dan tujuan ISK ini,” terang Ending beralasan.
Hingga sekarang, masih menurut Ending, masih saja ada pertanyaan, kampus Islam itu seperti apa atau bagaimana penerapan konkrit dari mengislamkan sains itu. Untuk itu Ending berharap, kampus UIKA bisa menjadi teladan dari wacana tersebut sekaligus untuk membendung arus sekularisasi pendidikan dan kampus yang kian deras.
“Setidaknya seluruh dosen, karyawan, dan mahasiswa laki-laki UIKA shalat berjamaah semua di masjid. Lalu wanita muslimahnya memakai hijab yang baik,” jelas Ending memberi contoh.
Selanjutnya, kegiatan diskusi publik ini membahas persolaan demokrasi yang dianggap sudah dipahami secara sekular oleh masyarakat Indonesia.
Tampil sebagai pembicara, AM Saefuddin (Mantan Menteri Pangan dan Holtikultura) dan Ir. Aunur Rofiq (Wakil Sekjen PPP). Acara dihadiri sekitar 100 orang peserta.*/Masykur Abu Jaulah