Hidayatullah.com–Ketua Umum DPP Hidayatullah, Nashirul Haq, mengatakan Hidayatullah menetapkan pengurus, bukan memilih seperti halnya organisasi lain saat pergantian kepengurusan.
Hidayatullah, jelas Nashirul, telah memilih sistem syura dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam memilih dan menetapkan pemimpin.
“Kita meyakini bahwa sistem syura berbeda dengan sistem demokrasi, syura berlandaskan pada kedaulatan syariat, sedangkan demokrasi berlandaskan pada kedaulatan rakyat dimana suara mayoritas menjadi dasar dalam menetapkan keputusan,” katanya saat memberikan sambutan pembukaan Munas IV Muslimat Hidayatullah di Kampus Arrohmah Putri Pesantren Hidayatullah Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (07/01/2015).
Dikatakan Nashirul, jika kebenaran itu diserahkan kepada keinginan mayoritas manusia, maka niscaya akan menjadi rusak tatanan kehidupan ini. Pasalnya manusia akan menentukan kebenaran berdasarkan selera dan keinginan hawa nafsunya.
Namun, ditegaskan Nashirul, proses menetapkan seseorang sebagai pemimpin di Hidayatullah tidaklah dilakukan dengan serta merta.
Dia menyebutkan, jauh sebelum Musyawarah Nasional, Pimpinan Pusat Hidayatullah periode 2010-2015 telah mempersiapkan regenerasi kepemimpinan di Hidayatullah melalui berbagai training dan mengidentifikasi potensi setiap kader melalui psikotes.
Selain itu, dalam proses evaluasi dan identifikasi itu DPP Hidayatullah juga menggali pemahaman kader terhadap sistematika wahyu sebagai manhaj gerakan, rekam jejak selama ini dan sejauh mana kecintaan ummatnya melalui proses penyerapan aspirasi.
“Oleh karena proses pergantian kepemimpinan ini telah dipersiapkan begitu serius dan dalam waktu yang cukup panjang, maka fokus utama Musyawarah Nasional Muslimat Hidayatullah ini diharapkan lebih kepada pembahasan tentang program lima tahun ke depan. Bagaimana Muslimat Hidayatullah dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal untuk kemaslahatan ummat, yakni mencerahkan dan memberdayakan ummat melalui gerakan tarbiyah dan dakwah,” tuturnya.
Nashirul berpesan, keputusan Munas tentang kebijakan-kebijakan strategis Hidayatullah dan rekomendasi-rekomendasi mesti diterjemahkan lebih lanjut di Munas Muslimat Hidayatullah ini dalam bentuk program-program kerja yang lebih rinci dan kuantitatif khususnya yang terkait dengan mainstream tarbiyah dan dakwah.
Nashirul mengakui, tidak ada hasil keputusan yang sempurna dan dapat memuaskan semua pihak. Karenanya, pesan dia, kita semua diuji oleh Allah untuk bersabar dan menerima hasil-hasil musyawarah yang telah disepakati.
“Selanjutnya kembalikanlah semua urusan kepada Allah Subhanahu wa Taála, berdo’a agar Allah memberikan kebaikan atas keputusan yang disepakati,” pesannya dengan mengutip Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 159:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
“Proses musyawarah yang kita ikuti dalam Munas IV Muslimat Hidayatullah ini bertujuan untuk menyatukan pikiran, menguatkan tekad dan membangun soliditas jamaah untuk mengemban amanah kepengurusan lima tahun ke depan. Setelah itu kita bertawakkal dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla, mengiringi setiap gerak langkah kita dengan doa dan munajat kepada-Nya,” pesannya.*