Hidayatullah.com–Puluhan orang dari perwakilan ormas Islam, hari Selasa (10/05/2016) mendatangi Kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) yang terletak di Jalan Buahbatu Kota Bandung.
Massa sendiri berasal dari elemen massa seperti Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), Front Pembela Islam (FPI) Kota Bandung, Siaga Bencana Akidah (Sigabah), Jundullah ANNAS dan beberapa kelompok lain.
Kedatangan massa ini hendak mengklarifikasi dan meminta kejelasan soal informasi yang beredar khususnya di media sosial bahwa pihak ISBI akan mengadakan “Sekolah Marx” dimana pada hari Selasa berencana akan mengadakan pentas teater pemikiran Karl Marx “Memahami Seni Lewat Pemikiran Karl Max”.
Pihak kampus pun memberi penjelasan bahwa kegiatan “Sekolah Marx” memang ada dan merupakan kegiatan UKM yang merupakan program mandiri Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Daunjati dan merupakan kegiatan ekstra kurikuler mahasiswa.
Namun demikian kegiatan tersebut tidak berafiliasi, asosiasi, atau kumunitas di luar kampus ISBI. Kegiatan sendiri telah berlangsung sejak Februari 2016 dalam bentuk diskusi dan dialog.
Mendengar penjelasan tersebut perwakilan massa, Abdul Hadi dari FUUI meminta agar kegiatan tersebut sebaiknya dibatalkan atau dihentikan untuk menjaga kondusivitas masyarakat. Ia beralasan kegiatan “Sekolah Marx” dapat menimbulkan persepsi negatif dalam masyarakat mengingat Karl Marx secara umum telah diidentikan sebagai pendiri atau bapak komunisme. Sehingga kegiatan “Sekolah Marx” dan pentas teaternya yang akan dilangsung dapat menimbulkan persepsi sedang menyebarkan paham komunisme.
Menjelang pelaksanaan sempat terjadi suasana ketegangan karena belum ada kesepakatan atau titik temu terkait kelanjutan acara.
Masing-masing pihak berpegang pada pendapatnya. Namun akhirnya disepakati lewat dialog diruangan tertutup yang diwakili oleh Abdul Hadi (FUUI) dan dari pihak ISBI oleh Suhendi Afriyanto selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan,Sistem Informasi dan Kerjasama.
Dalam dialog tersebut masing-masing pihak saling mengemukakan pendapat dan argumentasinya.
Meski dialog berjalan cukup alot namun akhirnya pihak ISBI bersedia menghentikan kegiatan “Sekolah Marx” tersebut. Surat pernyataan bermeterai tersebut ditandatangani langsung oleh Suhendi Afriyanto.
Setelah mendapat kepastian kegiatan tidak jadi dilaksanakan,menjelang sore massa pun membubarkan diri dan meninggalkan kampus dengan tertib. Aksi tersebut mendapat pengamanan dan penjagaan oleh beberapa aparat kepolisian.
Menurut berbagai sumber, kegiatan “Sekolah Marx” sudah ada sejak Maret 2016. Nara sumber dan pengisinya dari akademikus ISBI, Universitas Padjadjaran, aktivis serta seniman.*/A Luthfi Satrio