Hidayatullah.com– Mengisi masa kemerdekaan saat sekarang ini bisa dilakukan dengan berbagai hal positif. Di antaranya, menjaga lingkungan dari kerusakan.
Demikian disampaikan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, Wijayanto, dalam amanatnya sebagai pembina upacara pengibaran bendera Merah Putih di cadas Sungai Ciliwung, Depok, Jawa Barat, Rabu, 14 Dzulqa’dah 1437 H (17/08/2016).
“Ketika para pejuang (kemerdekaan RI) mempertahankan setiap jengkal tanah dan air untuk tidak dijajah oleh bangsa asing, maka hari ini kita harus memelihara setiap jengkal tanah dan air dari kerusakan,” ujarnya.
Upacara gelaran Komunitas Ciliwung Depok (KCD) tersebut, kata Wijayanto, untuk mengingatkan masyarakat bahwa air atau sungai harus terus dijaga kelestariannya.
“Kita punya air, kita punya Ciliwung, kita punya sungai, yang harus kita pelihara sebagai bentuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia,” ujarnya di depan ratusan peserta upacara dan masyarakat setempat. [Baca juga: Tatapan Kemerdekaan…]
Ia pun menyampaikan apresiasinya kepada KCD serta organisasi maupun komunitas lain yang selama ini berperan aktif menjaga kelestarian Sungai Ciliwung.
Ia menegaskan, menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan salah bentuk kecintaan kepada Tanah Air.
Menurut Wijayanto, pemerintah, dari tingkat kota sampai pusat, telah berkomitmen menjadikan Ciliwung sebagai tempat konservasi lingkungan.
Panjang Sungai Ciliwung di Depok mencapai 24 kilometer dari total panjang 120 kilometer dari hulunya di Bogor dan hilirnya di Jakarta. Ciliwung Depok masuk pada segmen keempat.
“(Itu) berdasarkan segmentasi yang dibuat oleh Kementerian PU dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” jelasnya. [Baca juga: Presiden Jokowi: Indonesia Mendorong Kemerdekaan Palestina]
Sementara itu, KCD sebagai kumpulan relawan yang bergerak independen, muncul atas keresahan semakin meluasnya kerusakan di aliran Ciliwung bagian tengah.
Kerusakan itu, menurut KCD dalam siaran pers yang diterima hidayatullah.com di lokasi, banyak penyebabnya. Antara lain, alih fungsi sempadan, pengurukan empang dan setu, pembuangan limbah pabrik, dan rumah potong ternak.
“Termasuk kebiasaan lama masyarakat seperti meracun sungai, menembak binatang, dan membuang limbah RT dan sampah,” jelasnya. [Baca juga: Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi Tak Didengarkan Anggota DPRD]
Dalam beberapa kegiatannya, KCD menemukan fakta kerusakan dan perusakan lingkungan DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung.
Dari temuan dan fakta yang didapat itu, KCD selalu mendesak Pemerintah Kota Depok maupun pusat, selaku mitra sesama stakeholder, untuk melakukan tindak lanjut sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Menurut KCD, ada beberapa fokus yang perlu diperhatikan dalam merawat Ciliwung. Antara lain, mengurangi run-off air dari daratan masuk ke sungai, menetapkan Garis Sepadan Sungai (GSS) sebagai wilayah konservasi, dan penegakan hukum atas pelanggaran pemanfaatan dan pengelolaan sungai.
Kegiatan memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI di tengah aliran Sungai Ciliwung, kata Pendiri sekaligus Pembina KCD, Taufik D Sholeh, sudah yang ketiga kalinya digelar.
“Ini murni ide kita,” ujar Taufik. [Baca: Merdekakan Sungai dari Kerusakan, Upacara HUT RI Digelar di Ciliwung]*