Hidayatullah.com– Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu (Matakin), Uung Sendana, menilai, kampanye dengan ajaran agama tidak masalah. Selama itu bersifat positif dan bukan dalam upaya provokasi.
Hal itu disampaikannya saat menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers tokoh lintas agama di kantor Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Jakarta, Senin (17/10/016).
“Saya rasa kalau agama digunakan dalam arti positif tidak masalah, karena sebagai warga religius itu tidak bisa dipisahkan,” ujarnya.
Bahkan, menurut Uung, dalam kegiatan sehari-hari agama menjadi dasar mayoritas masyarakat di Indonesia.
“Kecuali kalau agama dipakai untuk negatif dan membangkitkan kekerasan (itu tidak boleh. Red),” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Konferensi Wali Gereja (KWI) Romo Edy Purwanto mengatakan, dalam konteks pemilu dan demokrasi, pihaknya konsen dan komitmen mendorong proses demokrasi yang sehat.
Hal itu, jelasnya, demi pembangunan bangsa yang lebih maju dan lebih baik.
“Kami juga yakin agama-agama lainnya punya komitmen yang sama, yakni kesejahteraan umum,” ungkapnya.
Agama Landasan Moril
Sedangkan, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Suhadi Sendhaja menyatakan, agama justru harus mampu memberikan landasan moril.
Bahkan, imbuhnya, dalam proses politik sekalipun. “Untuk proses demokrasi yang baik demi kemajuan Indonesia,” tandasnya.
Senin (17/10/2016) siang, tokoh lintas agama berkumpul untuk memberikan pesan terhadap dinamika kehidupan bangsa dan beragama.
Dimana kondisi saat ini dinilai menampilkan gejala pertentangan di kalangan masyarakat, khususnya terkait isu SARA menjelang Pilkada serentak awal tahun 2017. [Baca juga: Tokoh Lintas Agama Desak Negara Hadir Atasi Isu SARA di Masyarakat]*