Hidayatullah.com– Di tengah bergulirnya kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang sedang disoroti publik nasional dan internasional, sebuah ledakan terjadi di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Ahad (13/11/2016).
Tak lama setelah kejadian, kepolisian langsung menuding “anggota kelompok teroris” berada di balik ledakan itu.
Beberapa waktu sebelum kejadian itu, pengamat terorisme, Mustofa B. Nahrawardaya, sudah mewanti-wanti akan adanya kejadian terkait terorisme.
“Hari-hari penuh kebohongan begini, biasanya ada kejadian-kejadian terkait terorisme yang mengejutkan. Coba besok kita lihat,” ujar Mustofa dalam kicauannya di twitter, Ahad (06/11/2016) pekan lalu.
IMM: Temuan PPATK Bukti Terorisme di Indonesia Diciptakan Asing
Prediksi Mustofa lewat akunnya @TofaLemon itu disampaikan dua hari pasca Aksi Bela Islam II (Aksi Damai 411) yang diikuti jutaan massa di Jakarta, Jumat (04/11/2016).
Aksi tersebut merupakan lanjutan aksi-aksi sebelumnya. Dimana publik, khususnya umat Islam, menuntut pemerintah memproses hukum secara adil dan profesional atas kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok.
Usai ledakan di Samarinda itu, Mustofa langsung berkicau, “Tuh Kaaan,” sembari mengunggah tautan berita tentang kejadian itu dari salah satu media online, Ahad (13/11/2016).
Ahli Hukum: Kasus Ahok Soal Pidana Penistaan, Jangan Dikaburkan
Dugaan Pengalihan Isu Ahok
Muncul dugaan, kejadian di Samarinda itu merupakan pengalihan isu atas kasus Ahok. Para pengguna media sosial cukup ramai memperbincangkan soal dugaan itu.
Usai kejadian itu, netizen dengan akun Mraz Point @Zhalvar berkata dalam kicauannya:
“Prediksi Om @TofaLemon beberapa hari lalu terbukti pada hari ini, Bom Samarinda. #LaguLama. Tetapi kita tetap fokus kawal agar #AhokJadiTersangka ya.”
“Sepertinya Prediksi Ustadz @TofaLemon ttg akan Adanya Peristiwa semacam Teror utk Pengalihan Isu Nyata Terjadi Hari Ini di Samarinda?” tulis Bahtiar Prasojo @iyankprasojo.
“Sudah terbukti apa yg di prediksi, ada yg mencoba membelokkan isu. Mengutuk pemboman di samarinda. Tangkap pelakunya segera,” tulis Anak_Indonesia @ZulmiLp.
Politisi PAN Sebut Penggerebekan Terduga Teroris Bagian Pengalihan Isu
Reaksi Presiden dan Tuduhan Terorisme
Berbeda dengan reaksinya yang dinilai lamban terkait kasus Ahok, Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera bereaksi beberapa saat usai kejadian di Samarinda itu.
“Tadi saya sudah mendapat laporan dari Kapolri, saya sudah perintahkan Kapolri untuk segera ditangani (kejadian ini. Red),” ujar Jokowi usai silaturahim dengan peserta Rapat Pimpinan Nasional Partai Amanat Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Ahad siang jelang sore dikutip Antara.
Dikritik Lamban Berkomunikasi dengan Ormas Islam, Jokowi Akui Banyak Salah
Kapolda Kaltim Inspektur Jenderal Polisi, Safaruddin, langsung mengarahkan tudingannya kepada yang disebut “anggota kelompok teroris” sebagai terduga pelaku kejadian itu.
“Polisi akan menyelidiki jaringan dari pelaku yang kini sudah ditangkap,” ujar Safaruddin kepada wartawan usai menjenguk korban ledakan di RSUD A Moeis, Samarinda Seberang.
Diketahui, sebuah ledakan terjadi di depan Gereja Oikumene, Jl Dr Cipto Mangunkusumo, Loa Janan, Samarinda, Ahad (13/11/2016) siang sekitar pukul 10.15 WITA.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Kaltim Kombespol Fajar Setiawan mengatakan, ledakan itu diduga dari bom molotov yang disimpan di sebuah tas lalu dilemparkan oleh terduga pelaku.
Menurut Safaruddin, terduga pelaku peledakan itu menggunakan bahan peledak berdaya ledak rendah (low explosive).
“Jenisnya low explosive atau berdaya ledak rendah karena dampak kerusakannya tidak terlalu parah,” ujarnya.
Terduga pelaku yang hendak melarikan diri ditangkap warga, sudah diamankan di Markas Polresta Samarinda.
Dikabarkan, empat orang terluka dalam ledakan itu dan mereka sebagian besar anak-anak dan balita. Semuanya telah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk dirawat.
KontraS: Terorisme Terus Ada Karena Penegakkan Hukumnya Amburadul
Menanggapi kejadian itu, Mustofa yang juga pengurus Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah mengatakan, kejadian ini harus diusut siapa otak di baliknya.
“Biadab: pelaku, pendana, maupun sutradaranya,” ujarnya tanpa menjelaskan lebih jauh.
Ditanya soal kejadian itu dan hubungannya dengan kicauan prediksinya, Mustofa menulis, “Berarti pelaku nggak baca tweet saya (tertanggal 06/11/2016. Red). Sutradaranya juga nggak baca.”
Saat dikonfirmasi langsung oleh hidayatullah.com dari Jakarta, belum ada penjelasan dari Mustofa terkait kicauannya itu hingga berita ini dimuat, Ahad malam.*