Hidayatullah.com– Sekretaris Bidang Ekonomi Keuangan, Industri, Teknologi, dan Lingkungan Hidup (Ekuintek-LH) DPP PKS, Handi Risza menilai kepercayaan diri pemerintah mencapai titik balik, tepat ketika krisis keuangan Turki mulai berimbas ke banyak negara.
“Pemerintah mulai kelihatan panik dalam merespons krisis lira. Apalagi gejalanya relatif sama, kena dampak kebijakan FED, defisit transaksi, ULN yang besar, pembangunan infrastruktur yang sporadis,” ungkap Handi di DPP PKS, Jakarta Selatan, Rabu (15/08/2018) dalam rilis kepada hidayatullah.com.
Baca: Turki Menyebut Amerika Tak Akan Mendapat Apapun dengan Mengancamnya
Handi melihat penyikapan berbeda diperlihatkan oleh pemerintah terhadap kondisi rupiah, setelah melihat perkembangan ekonomi Turki pada saat ini.
Sebelumnya pemerintah masih menganggap pelemahan rupiah adalah hal yang biasa, bahkan Menkeu Sri Mulyani berkali-kali menyatakan bahwa APBN kita mendapatkan untung dengan terjadinya pelemahan rupiah, akibat bertambahnya pendapatan negara dari ekspor Migas.
“Tetapi dengan melihat kondisi ekonomi Turki terakhir, dimana dimulai dengan krisisis mata uang, kemudian berlanjut ke krisis keuangan dan liquiditas, akibatnya ekonomi Turki di ambang krisis ekonomi dan keuangan yang dalam,” ungkapnya.
Baca: Mata Uang Lira Terpuruk, Turki Dibanjiri Dolar dan Euro Palsu
Disebutkan perkembangan terakhir mata uang lira Turki melemah 6,70% menjadi 6,86 per dolar AS. Ini melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu, dimana lira ambruk 15% ke posisi 6,43 per dolar AS. Kondisi ini membuat Turki disebut sangat rentan menjadi negara yang masuk dalam jurang krisis.
“Semoga gejala-gejala tersebut tidak menjalar kepada situasi yang lebih kronis. Kuncinya pemerintah tidak boleh panik dan menganggap enteng, waspada, dengan menggunakan formulasi kebijakan moneter dan fiskal yang tepat,” ujar Handi.
Sebelumnya diketahui, Nilai tukar rupiah kembali merosot tajam hingga level 14.600 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin pekan ini. Tekanan terhadap rupiah disebut sebagai imbas dari krisis keuangan yang dialami oleh Turki.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebutkan ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi kondisi rupiah. Namun untuk kali ini yang mengambil andil cukup besar dalam pelemahan mata uang Garuda tersebut adalah krisis yang sedang terjadi di Turki.
“Kita setiap hari ini selalu ada berbagai faktor bisa saling mempengaruhi. Jadi pada minggu terakhir ini faktor yang berasal dari Turki,” ujar Sri Mulyani saat ditemui di JS Luwansa, Jakarta, Senin (13/08/2018) kutip Liputan6.com.
Baca: AS Rancang Kejatuhan Mata Turki, Erdogan: Kami Punya Allah
Sementara itu diberitakan sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun berupaya menguatkan dan menenangkan rakyatnya dalam menanggapi persoalan ini. Bahkan Erdogan mengatakan, walaupun dolar AS terus menguat, namun Turki masih memiliki Allah di sisinya.
“Jika mereka memiliki dolar mereka, kita memiliki masyarakat, kita memiliki Allah,” kata Erdogan serperti dikutip dari CNBC, Senin (13/08/2018).
Baca: Bela Turki Hadapi Amerika, Qatar Investasi Langsung Senilai $15 Miliar
Sebagaimana diketahui, mata uang Turki, lira terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Lira telah jatuh ke rekor terendah yang mencapai 6,24 per dolar pada Jumat pekan lalu. Mata uang Turki ini telah anjlok hingga 66% sejak awal tahun ini.
Hari Jumat, Erdogan menyerukan warga Turki untuk menukarkan simpanan mata uang asing mereka menjadi lira.
“Siapa pun yang memiliki dolar, euro, atau emas di bawah kasur, mereka harus pergi ke bank dan menukarkannya menjadi lira Turki,” kata Erdogan pada pidatonya di provinsi timur laut Bayburt dikutip Anadolu.*