Hidayatullah.com– Warga Palu, Sulawesi Tengah, sebagian masih mengungsi ke pegunungan setelah gempa dan tsunami melanda Kota Palu dan Kabupaten Donggala kemarin, Jumat (28/09/2018).
Demikian diungkapkan salah seorang warga Palu korban gempa, Ahmad, yang juga Ketua Yayasan Hidayatullah Palu dan Sekretaris DPW Hidayatullah Sulteng.
“(Warga) mengungsi ke gunung (sejak kemarin setelah gempa),” ujarnya kepada hidayatullah.com dalam wawancara putus sambung, Sabtu (29/09/2018). “HP lowbat, jaringan jelek juga,” tuturnya.
Baca: Tsunami Palu dan Donggala, Sejumlah Korban Meninggal, Kondisi Darurat
Ahmad mengungkapkan bahwa hingga saat ini gempa susulan masih terus terjadi.
Saat ditanya sampai kapan mengungsi, Ahmad menjawab, “Belum tahu, karena gempa susulan masih terjadi.”
Ia menuturkan, gempa kemarin berkekuatan 7,7 skala richter (berdasarkan informasi awal yang kemudian dimutakhirkan oleh BMKG menjadi 7,4 SR). Setelah gempa itu, “sekitar 1 menit kemudian tsunami, sekitar jam 16.05 WITA,” tuturnya.
Saat tsunami terjadi, Ahmad masih berada di kawasan Pesantren Hidayatullah di Tondo, Palu, tempat tinggalnya. Ia mengaku melihat langsung datangnya arus air dari laut (Teluk Palu). Ia pun bergegas melarikan diri ke atas gunung dengan memboyong anak-istrinya.
“(Saat tsunami, saya) masih sekitar kampus, kami berkejaran dengan air,” tuturnya.
Ia merasakan kepanikan saat itu.
“Panik sekali, untung saja masih ada (sepeda) motor yang stand by, dan jarak antara laut dan gunung tidak terlalu jauh,” ungkapnya.
Kepanikan juga diraksakan anak dan istrinya. “Panik, histeris,” ungkapnya.
Sementara itu, Tim SAR Nasional Hidayatullah dari berbagai daerah di Indonesia saat ini sedang dalam perjalanan menuju Donggala dan Palu. Tim SAR Hidayatullah Sulut sedang menempuh perjalanan darat.
“Tiba di Donggala diperkirakan maghrib,” ujar Murdianto, salah seorang anggota Tim SAR tersebut di sela-sela perjalanan dengan roda empat ke Donggala, kepada hidayatullah.com melalui pesan singkatnya, Sabtu pagi.*