Hidayatullah.com– Selepas menghadiri acara peluncuran dua buku, Himpunan Fatwa MUI (Edisi Terlengkap) dan Himpunan Fatwa Perbankan Syariah di Hotel Margo, Depok, Jawa Barat, Wakil Presiden RI terpilih yang merupakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) langsung menemui para wartawan.
Belum juga para wartawan bertanya, Kiai Ma’ruf yang tampil dengan pakaian khasnya, bersarung, berjas, dan berpeci hitam plus sorban putih, langsung melontarkan klarifikasi.
“Anu ya, pertama saya klarifikasi dulu, klarifikasi dulu,” ujarnya di depan para wartawan yang sedari tadinya menunggunya, Kamis (25/07/2019) sekitar pukul 15.35 WIB.
Pantauan hidayatullah.com di lokasi, pada awal konferensi pers itu beberapa kali Kiai Ma’ruf melontarkan kalimat “klarifikasi”, didampingi Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh yang juga menjelaskan bahwa Kiai Ma’ruf hendak melakukan klarifikasi.
Apa gerangan yang hendak diklarifikasi Wapres terpilih pasangan Presiden terpilih Joko Widodo pada Pilpres 2019 ini?
Rupanya, Kiai Ma’ruf hendak mengklarifikasi soal kabar susahnya wartawan menemui sang kiai untuk mewawancarainya.
Mantan Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menyampaikan klarifikasi, ia membantah jika dirinya susah ditemui wartawan terutama setelah ia ditetapkan sebagai wapres terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Klarifikasi dulu, saya jangan dibilang-bilang sulit ditemui wartawan. Wartawan ini adalah anak-anak saya,” akunya.
Sebagaimana diketahui, pengamanan terhadap Kiai Ma’ruf Amin semakin ketat setelah ditetapkan KPU sebagai wakil presiden terpilih. Pengawalan ketat dari Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) itu membuat Ma’ruf semakin sulit diwawancara media.
Beberapa kali wartawan gagal mewawancarai Ma’ruf yang sebenarnya hadir pada sebuah acara yang sama. Seperti yang terjadi pada Selasa (23/07/2019) lalu di Kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta.
“Kemarin katanya saya rapatnya jam 2, datang jam 11, tidak betul itu. Saya datang tuh langsung sudah dimulai, saya langsung rapat sampai akhir, baru setelah itu ada tamu, baru menemui wartawan,” jelasnya.
“Jadi jangan anu ya….. Informasi yang kurang nyambung ya…,” tambahnya.
“Wartawan itu anak-anak saya semua kok. Masa saya sulit menemui anaknya. Oke ya?!” lanjutnya dengan pengawalan sejumlah Paspampres berseragam batik di sekitarnya.
Baca: MUI Luncurkan Buku Himpunan Fatwa Edisi Terlengkap dan Perbankan Syariah
Sebelum konferensi pers, Kamis (25/07/2019) itu, saat rangkaian acara peluncuran kedua buku fatwa MUI tersebut sedang berlangsung pada salah satu ruangan hotel, sebelum pemukulan gong sebagai penanda peluncuran buku itu, Paspampres melarang masuk banyak wartawan ke ruangan tersebut dimana Kiai Ma’ruf berada.
Pantauan hidayatullah.com di lokasi, sejak sekitar pukul 14.30 WIB, media ini bersama puluhan wartawan berbagai media termasuk mainstream tidak diizinkan masuk ke ruang acara oleh Paspampres. Sebagian wartawan sebelumnya sudah diperkenankan masuk.
Sekarang tidak boleh masuk dulu, kata seorang anggota Paspampres berseragam coklat yang menjaga pintu masuk acara.
“Nanti kan konferensi pers juga di situ,” kurang lebih begitu alasannya, seraya menunjuk tempat konferensi pers yang telah disiapkan.
Bahkan, sejumlah petugas dari Kementerian Kesehatan yang terlibat dalam acara tersebut juga tidak lagi diperkenankan masuk ruang acara. Begitu pula sejumlah petugas hotel yang hendak membuka sebuah spanduk yang sedang tidak dipakai di dalam ruangan acara, tidak diperkenankan masuk oleh Paspampres.
“Orang hotel enggak boleh masuk,” ujar seorang wanita di dekat pintu masuk itu, saat ia menelepon seseorang sekitar 14.50 WIB. Wanita itu berseragam hitam dengan tulisan dan logo Kemenkes, di kartu namanya tertulis nama Najmi Komariyah, di baju bagian dada kirinya tertulis Dakwah Kesehatan Haji.
“Kita enggak boleh masuk, dia enggak boleh keluar,” Najmi mengeluh kepada sejumlah rekannya dan petugas hotel yang sedang berkerumun. Acara rakornas MUI tersebut juga melibat petugas dari Kemenkes.
Tak lama kemudian, ketika acara pemukulan gong akan dimulai, pintu ruangan dibuka dan wartawan serta petugas yang tadinya ditahan di luar, kini diperbolehkan masuk, pantauan sekitar pukul 15.21 WIB.
Beberapa saat setelah acara peluncuran buku dan konferensi pers tersebut selesai dan KH Ma’ruf telah meninggalkan ruang acara, awak media ini sempat melihat salah seorang anggota Paspampres bersenjata sedang menelepon seseorang di balik pintu ruang acara.
Sebagai informasi, sebelum memasuki hotel tersebut, Kamis siang, awak media ini harus melewati dua kali pemeriksaan barang oleh petugas keamanan. Pertama saat di jalan masuk menuju hotel. Kedua saat di lobi hotel sebelum masuk lift.
Sebagaimana diketahui, awak media beberapa kali gagal mewawancarai Ma’ruf. Misalnya, pada Selasa (23/07/2019) lalu di Kantor MUI Pusat, Jakarta. Ma’ruf yang dijadwalkan memimpin rapat MUI diwarta media terpantau hadir sejak pukul 11.00 WIB. Agenda rapat yang bersifat tertutup ini dijadwalkan dimulai pukul 14.00 WIB.
Ada jeda waktu yang cukup panjang. Wartawan pun memanfaatkannya untuk menemui Ma’ruf yang juga Ketua Umum MUI itu untuk keperluan wawancara. Akan tetapi, ketika beberapa wartawan mau memasuki Gedung MUI, Paspampres yang mendampingi Ma’ruf sejak ditetapkan jadi cawapres, langsung melarang.
Salah seorang anggota Paspampres menyebut bahwa Ma’ruf tidak berkenan diwawancara soal isu apapun hari itu. Menurut Paspampres ini, salah seorang asisten Ma’ruf melarang ada sesi wawancara untuk media usai rapat digelar. Padahal agenda rapat di Gedung MUI ini sudah disebar oleh tim Ma’ruf Amin kepada wartawan.
“Abah (panggilan Ma’ruf Amin), tidak berkenan untuk wawancara, ini perintah atasan,” kata anggota Paspampres itu kepada wartawan di Kantor MUI, Jakarta Pusat, kutip CNNIndonesia.com, Selasa (23/07/2019).
Selain melarang masuk, anggota Paspampres itu bahkan “mengusir” awak media yang duduk di ruang tunggu Kantor MUI. Mereka meminta area tersebut steril dari wartawan hingga Ma’ruf tuntas rapat.
Akibatnya para wartawan harus menunggu di area parkir Gedung MUI yang terletak di belakang gedung. Wartawan yang sudah menyingkir ke area parkir ini pun masih direcoki oleh para Paspampres yang hilir mudik. Sambil lalu lalang, seorang Paspampres menyebut bahwa keberadaan media di area parkir menghalangi akses keluar dan masuk.
Ihwal larangan meliput atau mewawancarai Ma’ruf ini tak hanya terjadi pada Selasa itu. Pekan lalu, tepatnya ketika Kiai Ma’ruf memenuhi undangan dari Kelompok Masyarakat Maritim (Komari) di Hotel Grand Sahid Jaya, salah seorang anggota Paspampres meminta awak media untuk tidak melontarkan pertanyaan pada Ma’ruf.
Kejadian itu terjadi saat sesi wawancara selepas acara, yang biasanya digelar Ma’ruf saat masa kampanye Pilpres. Ma’ruf yang belum selesai bicara dengan awak media, akhirnya keluar dari area wawancara dan meninggalkan wartawan.
Pada acara yang sama, salah seorang anggota Paspampres sempat pula menghampiri wartawan yang ikut sesi wawancara. Anggota Paspampres itu meminta foto atau video yang direkam oleh wartawan.
Wartawan sempat memperlihatkan foto dan video yang menampilkan wajah Ma’ruf pada acara itu. Anehnya, Paspampres menolak. Paspampres malah meminta foto atau video yang menampilkan Ma’ruf bersama wartawan yang ikut dalam wawancara itu.
Baca: Jokowi Angkat Menantu AM Hendropriyono Jadi Danpaspampres
Ketika ditanya, untuk kepentingan apa mereka meminta foto dan video, mereka menyebut untuk menandai siapa saja yang menulis berita terkait Ma’ruf hari ini. “Jadi nanti ketahuan siapa yang nulis berita. Ini wajahnya seperti ini,” sebut Paspampres itu.
Sementara itu, Komandan Paspampres Mayor Jenderal Maruli Simanjuntak menyebut tidak ada upaya menghalangi wartawan dari personel yang bertugas.
Menurut Maruli, kalau memang Ma’ruf bersedia diwawancara wartawan, Paspampres pasti tidak akan menghalangi. “Kami Petunjuk dari beliau. Kalau beliau berkenan tidak mungkin kami halangi,” sebutnya.
Maruli menyebut ada kesalahan komunikasi yang terjadi. “Miss komunikasi saja, saya sudah bilang Dan Satgas (Komandan Satuan tugas) supaya menjelaskan kembali dan evaluasi,” sebutnya.*