Hidayatullah.com- Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengajak berbagai kalangan masyarakat khususnya umat Islam untuk bahu-bahu menangani Covid-19 dan dampak turunannya.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini pun mengajak umat untuk mengefektifkan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) minimal melalui masjid-masjid se-Indonesia.
JK mendorong berbagai lembaga amil zakat, infaq, maupun shadaqah (ZIS) juga bahu-membahu membantu sesama Muslim.
Kalau tidak, menurut JK, akan timbul masalah keamanan seperti penjarahan di banyak tempat.
Menurut JK, banyak pihak termasuk sejumlah ahli memperkirakan puncak Covid-19 berlangsung pada bulan Mei 2020.
Ia menilai, dengan menjadi puncak, maka akibat yang ditimbulkan juga mencapai puncak pula. Bukan cuma dari sisi kesehatan dengan berjatuhannya banyak korban, tapi dari sisi ekonomi akan sangat terasa pula.
Apalagi dengan struktur penduduk yang mayoritas umat Islam, katanya, maka akan semakin banyak Muslim yang terkena dampak Covid-19.
“Berarti puncaknya PHK, kemiskinan, dan kekurangan makanan, maka bagaimana kita bersama-sama mengektifkan ZISWAF bersama-sama kepada yang tidak mampu minimal melalui masjid,” ujar JK pada Rapat Pleno online Dewan Pertimbangan MUI (22/04/2020) dalam keterangan MUI.
“Kalau tidak, akan timbul masalah keamanan, kalau tidak makan ya bisa terjadi berbagai macam-macam seperti tahun 1998, ketika masyarakat tidak bisa makan, maka terjadi penjarahan atau apapun di banyak tempat,” tegasnya.
JK juga menyampaikan pandangannya tentang mudik yang dinilainya saat ini bukan hal penting dilakukan. Mudik katanya akan sia-sia belaka karena setiap daerah sudah serentak menerapkan PSBB atau minimal mengkarantina warga yang berasal dari kota-kota besar.
Maka, mudik yang biasanya hanya sepekan itu akan habis di masa karantina yang mencapai 14 hari.
“Tidak ada gunanya mudik sekarang, mau dilarang atau tidak, karena semua daerah sudah memberikan aturan kalau datang dari kota besar. Jadi buat apa mudik? Keluar dari situ (tempat karantina) balik lagi (ke kota),” katanya.
JK menilai tidak melakukan merupakan cara mengurangi sebab-sebab Covid-19.
JK menilai,kasus virus corona jenis baru saat ini lebih parah dibandingkan dengan kejadian bencana alam bahkan sekelas tsunami.
Menurut Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) ini, bencana alam separah apapun biasanya akan ditangani pada bagian akibatnya, pada para korban yang berjatuhan.
Akan tetapi, Covid-19 ini bukan hanya akibat yang harus ditangani, tapi juga sebab-sebab yang terus muncul. Sebab-akibat inilah yang harus diselesaikan bersama.
“Harus ada prioritas bersama-sama kita selesaikan,” katanya.
Menurutnya, Covid-19 bukan lagi sekadar wabah, tapi sudah menjadi teror dunia. Tak ada satupun negara di dunia katanya yang 100 persen dapat mengatasinya.
Bahkan China yang awalnya dikira berhasil pun, rupanya kini kembali khawatir terhadap apa yang mereka sebut sebagai kasus Covid-19 impor. JK menilai musibah ini sangat keras sebab menyangkut segala aspek kehidupan.
JK mengatakan, apapun yang dikerjakan, baik di bidang ekonomi, ibadah, tak akan dapat selesai tanpa menyelesaikan sebabnya.
“Apapun yang diberikan kepada masyarakat hanya mengisi supaya masyarakat tetap semangat, apapun yang kita lakukan, tidak bisa tanpa mengurangi sebab,” sebutnya.
Waktunya saat ini bangsa Indonesia bersatu Covid-19, khususnya bagi umat ini, misalnya, masing-masing menjaga kedisiplinan memakai masker dan jaga jarak.*