Hidayatullah.com- Perwakilan Kedutaan Besar (Kedubes) Jerman menyambangi kantor Sekretariat Front Pembela Islam di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Pengacara FPI Aziz Yanuar yang membenarkan kunjungan Kedubes Jerman tersebut, menjelaskan, kedatangan pihak Kedubes Jerman dalam rangka berbelasungkawa atas meninggalnya 6 anggota FPI korban penembakan oleh aparat Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Mereka katanya juga menyampaikan empati atas Imam Besar FPI Habib Muhammad Rizieq Shihab yang saat ini ditahan Polda Metro Jaya. “Mereka menyampaikan rasa simpati dan empati buat FPI dan Imam Besar Habib Rizieq Shihab,” ujar Aziz yang juga pengacara Habib Rizieq pada Sabtu (19/12/2020) dikutip Anadolu Agency.
Baca: Aktivis 98 Desak Tim Pencari Fakta Independen Kasus Kematian Anggota FPI
Selain berbelasungkawa, kedatangan perwakilan pemerintah Jerman itu juga sekaligus menyampaikan pesan perdamaian dan bersilaturahim dengan pengurus FPI.
Pertemuan antara perwakilan otoritas Jerman dan pihak FPI itu berlangsung sekitar setengah jam pada Kamis (17/12/2020). Kata Aziz, walaupun digelar singkat, pihak Kedubes Jerman berencana melakukan pertemuan dengan pihak FPI lagi. “Mereka berjanji akan mengunjungi DPP FPI kembali,” ujarnya.
“Mereka (pihak Jerman) ingin tahu FPI secara langsung,” ujar Aziz.
Baca: FPI: Perhatian Internasional Terhadap Dugaan Pelanggaran HAM Berat di Indonesia Sangat Besar
Diketahui, sebanyak 6 laskar FPI meninggal setelah ditembak aparat polisi di area Tol Jakarta-Cikampek KM 50 Karawang, Jawa Barat.
Sebelum ini Komisi Nasional Hak Asasi Manusia memperoleh foto jenazah 6 anggota FPI saat belum diautopsi oleh dokter Polri. Komnas HAM menyebut, kondisi jenazah sebelum diautopsi ini sangat penting untuk mengidentifikasi peristiwa kematian korban.
“Kami ditunjukkan foto pertama kali sebelum tindakan dan itu adalah posisi paling penting, sehingga memang ya itu menunjukkan orisinalitas,” sebut Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam setelah menggali keterangan dokter Polri di Jakarta pada Kamis.
Choirul Anam mengaku telah melihat jumlah lubang peluru yang membekas pada tubuh para korban. Akan tetapi, ia mengaku tak dapat menyampaikannya ke publik. Sebab, data yang ada harus dikonsolidasikan terlebih dahulu. “Kan datanya ini tidak dari satu pihak,” ujar Choirul Anam.*