Hidayatullah.com — Sastrawan Taufiq Ismail baru saja mengungkap penipuan terbesar Partai Komunis Indonesia (PKI) yakni membohongi para kiai dan ulama. Dia menceritakan ada tiga kiai yang menjadi korban tipu daya PKI di era 1940-an dan 1950-an.
“Penipuan yang mereka lakukan, yakni pada tahun 40 dan tahun 50. Ada 3 tokoh ulama, Haji Misbach dari Solo, Datuk Batuah dari Koto Laweh, Sumatera Barat, dan kemudian Haji Adnan dari Tegal. Ketiga kiai ini bersimpati kepada PKI,” kata Taufik dalam pengakuannya di Youtube Fadli Zon, seperti dikutip Hidayatullah.com, Kamis (30/09/2021).
Partai berlambang palu dan arit itu berdalih bahwa pihaknya pro terhadap rakyat kecil terutama petani dan buruh. Mereka mengklaim memberikan kehidupan yang layak ke masyarakat. Saat itu kampanye PKI dianggap kiai Misbach, dan kawan-kawan sejalan dengan ajaran Islam.
“Lho kok kiai-kiai bersimpati pada PKI? Karena mereka diberitahu oleh orang-orang PKI ‘Kita ini pro kepada rakyat kecil, pro kepada petani-petani, kemudian kita harus memberikan kehidupan yang layak. Nah, ada program Tani Tidak Bertanah dan Buruh yang Dimiskinkan. Itu yang kami perjuangkan’ kata PKI kepada ulama-ulama ini. Oh itu cocok sama Islam yang namanya dua itu kaum Dhuafa. Kemudian ulama ini dalam PKI,”ujarnya, dalam video yang berjudul ‘PKI Melecehkan Tuhan dan Menajiskan Agama, Kesaksian Taufiq Ismail’.
Menurut Taufiq ketiga ulama itu tidak bisa disalahkan, sebab pada masa itu akses informasi masih terbatas, termasuk akses mereka ke buku-buku dibatasi oleh PKI. “Jangan salahkan mereka karena pada waktu itu belum ada HP, belum ada komunikasi yang begitu cepat bisa terjadi, kemudian literatur-literatur buku juga sangat terbatas. Dan kepada ketiga kiai itu dicoba supaya jangan dia membaca buku-buku yang ada itu, jadi tentu saja ketiga kiai ini bersimpati pada PKI,” terangnya.
Taufiq, berharap kejadian seperti ini tidak terulang pada zaman sekarang mengingat sudah adanya kemajuan teknologi. “Ini satu penipuan yang terjadi di mana di zaman kita hampir semua orang memegang (handphone), bahkan ada keluarga yang memegang bukan satu tetapi 2, bukan 2 tetapi 3. Pada zaman seperti ini hal itu tidak akan terjadi,” ungkapnya.*