Hidayatullah.com — Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ungkap bahwa tak ada rebutan jabatan di Muhammadiyah. Dia juga mengatakan bahwa pertumbuhan cepat organisasi tersebut dikarenakan sistemnya yang unggul dan mapan.
“Muhammadiyah ini tumbuh besar itu juga karena sinergi di dalam sebagai sistem. Muhammadiyah ini kan sistemnya paling bagus dari Pusat sampai Cabang, Ranting dan meluas. Begitu ada instruksi langsung jalan, kecuali yang tidak,” ungkap Haedar.
Dalam forum Upgrading PWM Bangka Belitung pada Sabtu (25/09/2021), Haedar mengingatkan agar keutamaan Muhammadiyah ini terus dijaga. Hal itu dengan mengedukasi anggota pengurus Persyarikatan yang masih belum memahaminya.
“Nah ini kita jaga sistem ini. Dengan apa? Dengan komitmen sinergi bahwa maju-mundur, utuh dan tidaknya Muhammadiyah itu tergantung kita. Innallaha yuhibbul-ladziina yuqaatiluuna fii sabiilihi shaffan kaannahum bun–yaanun marshuushun,” kata Haedar mengutip ayat ke-4 Surat As-Shaff.
Upaya menjaga sistem ini menurut Haedar penting karena Muhammadiyah memiliki misi dakwah dan tajdid dalam lingkup nasional. Kehadiran Muhammadiyah untuk bangsa harus menjadi uswah hasanah dan tidak boleh serba tanggung.
Lebih lanjut, Haedar berpesan agar semua anggota Persyarikatan menguatkan sinergi. Dirinya juga mendorong kekuatan sistem di Muhammadiyah dikapitalisasi untuk melipatgandakan Amal Usaha.
“Sekarang ini kita punya sekolah, punya lembaga perguruan tinggi, rumah sakit, masjid, usaha ekonomi, itu kalau tidak kita lipatgandakan sebagai center of excellence menjadi sesuatu yang unggul, ya nanti tetap akan kalah dengan yang lain. Nah di sinilah pentingnya militansi,” tuturnya.
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi masyarakat dengan sistem rapi dan mapan. Jusuf Kalla saat menjabat sebagai Wakil Presiden RI pada 2018 juga menyebut Muhammadiyah seperti Holding Company. Artinya, sistem manajerial di tingkat Pusat juga berlaku di tingkat paling bawah (ranting).
“Nanti Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab, sampai Musyran, jaga semuanya itu tetap seperti kepribadian Muhammadiyah. Orang boleh punya hasrat pada kepemimpinan, tapi tetap kita ini punya prinsip dan tradisi baik tidak mengejar jabatan dan kalau kita diberi amanah, kita ini tidak menolak untuk kita tunaikan dengan baik. Maka tidak ada rebutan jabatan di Muhammadiyah,” imbuh Haedar.
“Jadi, kalau ada yang masih suka rebutan, ke-Muhammadiyahan-nya perlu dimilitansikan. Juga di sekolah Muhammadiyah, di rumah sakit Muhammadiyah, di mana-mana. Wajar setiap orang itu punya hasrat. Tetapi Muhammadiyah punya koridor. Jadi jaga itu dan jangan seperti partai politik,” tutupnya.*