Hidayatullah.com — Muhammadiyah kembali melanjutkan program kemanusiaan melalui metode pemberdayaan masyarakat berkelanjutan terhadap korban terdampak konflik kemanusiaan di Rohingya, Myanmar.
Koordinator Program Livelihood Muhammadiyah AID, Bachtiar Dwi Kurniawan menjelaskan, pandemi yang berlangsung selama dua tahun ini menyebabkan berbagai aktivitas yang sudah direncanakan mengalami keterlambatan. Akan tetapi, meski demikian program kemanusiaan untuk masyarakat terdampak konflik kembali berjalan.
“Ditengah keterbatasan karena pandemi, kami sangat senang, program kemanusiaan Muhammadiyah khususnya yang ada di luar negeri bisa berjalan,” ucapnya di acara Opening of Community Learning Center (CLC) and Certificate Awarding Ceremony pada Rabu (24/11/2021) secara daring, dilansir oleh Muhammadiyah.or.id.
Dalam kesempatan ini Bachtiar juga meresmikan Bangunan Community Learning Center (CLC) Muhammadiyah sekaligus memberikan sertifikat virtual kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan kecakapan hidup yang diadakan oleh Muhammadiyah AID dengan CSI yang diselenggarakan di Gedung CLC Muhammadiyah, di Kota Sittwe.
“Kami hadir di Myanmar sebagai wujud solidaritas kemanusiaan semesta tanpa membeda-bedakan latar belakang sosial dan kultural bahkan latar belakang geografi-teritori yang memisahkan sesama penduduk bumi,” sambungnya.
Program kemanusiaan ini dilakukan oleh Muhammadiyah melalui sinergi dengan beberapa pihak, di antaranya dengan Center for Social Inclusion (CSI). Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMY ini mengucapkan terimakasih atas keterlibatan CSI dalam membantu Muhammadiyah untuk menyukseskan program ini.
“Kami sangat senang dan berterima kasih kepada CSI (centre for social inclusion) yang telah membantu Muhammadiyah dalam mengimplementasikan program kemanusiaan di Myanmar, khususnya di Rakhine state pada penduduk Rohingya dan Rakhine yang beberapa tahun lalu terjadi konflik dan krisis kemanusiaan,” tutur Bachtiar.
Bentuk kerjasama antar kedua pihak ini diwujudkan dalam bentuk Home Gardening Training yang diikuti oleh peserta yang berasal dari Sittwe, Rakhine State, Myanmar yang mayoritas mereka beragama Budha, termasuk mereka yang merupakan korban dari terjadinya konflik kemanusiaan Rohingya.
Ia berharap dengan adanya bangunan CLC ini Muhammadiyah bisa melekat di ingatan mereka, dan memberikan banyak manfaat bagi kemanusiaan, serta membawa perdamaian dan kemajuan di bagi Rohingya dan Rakhine State.
“Selamat memanfaatkan bangunan ini, semoga bermanfaat membawa kedamaian dan kemajuan di Rakhine state. Atas nama Muhammadiyah dan masyarakat Indonesia, bangunan CLC resmi digunakan,” tandasnya.*