Hidayatullah.com–Suwarjono adalah Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyatakan, maraknya hoax bukan disebabkan oleh tidak adanya standar media (barcode), tapi lebih kepada minimnya literasi media dan budaya berpikir kritis (critical thinking).
Ia mengungkapkan, sebagian besar pembaca di Indonesia tidak mengkritisi konten, tapi berpatokan pada judul untuk diklik.
“Mereka tidak melihat asal medianya, yang penting judulnya menarik,” tuturnya dalam diskusi bertema ‘Barcode Media, Bredel Gaya Baru?‘ di Kantor YLBHI, Jakarta, Kamis (26/01/2017).
Sementara itu, Direktur Remotivi Muhamad Heychael menambahkan, konsumsi hoax sulit hilang dikarenakan masyarakat cenderung percaya dengan apa yang dia ingin percaya.
“Artinya meski dikasih tahu kaidah jurnalistik atau barcode, tidak akan hilang hoax. Karena ini bukan persoalan rasional tapi believe,” paparnya.
Penyebar ‘Hoax Kapolri’ Ditangkap Bareskrim, Bagaimana dengan Ahok?
Sehingga, menurutnya, perjuangan melawan hoax haruslah lewat media literasi dan critical thinking.
“Memang ini tidak mudah, dan akan memakan waktu lama,” pungkas Heychael.
Sebelumnya, pemerintah dan dewan pers berencana akan menerapkan kebijakan barcode bagi media yang memenuhi standar persyaratan.*