Hidayatullah.com – Pemerhari gerakan komunisme, Arukat Jaswadi menegaskan, bahwa peristiwa pemberontakan G30S/PKI merupakan realita sejarah yang tak terbantahkan.
“Bahkan itu bukan tiba-tiba, jauh sebelum 1965 mereka (PKI, red) sudah mempersiapkan lima langkah,” ujarnya kepada wartawan di Masjid Sunda Kelapa, Sabtu malam (30/09/2017).
Lima langkah tersebut, terang Arukat, pertama, mempersejatai buruh dan tani sebagai angkatan kelima. Namun ditolak para jenderal yang kemudian menjadi sasaran PKI.
Kedua, sambungnya, aksi sepihak. Yakni menduduki tanah milik pesantren dan negara.
Selanjutnya, dikatakan Arukat, tindakan penistaan agama yang kerap kali dilakukan PKI melalui lembaga kebudayaan rakyat atau LEKRA.
“Itu sejak dulu dilakukan oleh PKI. Apa bentuknya? LEKRA setiap menampilkan ludruk itu lakone ‘Sunate Malaikat Jibril’ dan ‘Matine Gusti Allah’,” paparnya.
Keempat, tambahnya, yaitu peristiwa Kanigoro. Dimana organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) ketika sedang melaksanakan pelatihan kemudian diserbu dan ditangkap, bahkan al-Qur’an diinjak-injak.
Baca: Waspadai Terulangnya Sejarah Kelam, Generasi Muda Diingatkan Kekejaman PKI
Terakhir, jelas Arukat, adalah peristiwa G30S/PKI itu sendiri. Hanya saja, ia menilai, mengapa PKI gagal, karena strategi revolusioner dan ajarannya yang ditolak.
“Persoalannya mereka kalah sekarang menganggap dirinya korban. Karena kalah dia menyatakan korban, coba kalau menang,” pungkasnya.*