Hidayatullah.com– Seruan takbir “Allahu Akbar” acap membahana dalam setiap kegiatan kaum Muslimin. Fenomena ini ternyata juga menjadi perhatian politisi asal Sulawesi Selatan, Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar.
Dalam sambutannya di kampus Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimatan Timur, ia mengimbau, agar kaum Muslimin memahami makna di balik pekikan takbir.
“Supaya takbir yang diteriakkan itu memiliki kekuatan, anergi, dan pengaruh,” ucapnya baru-baru ini di sela-sela rangkaian Silatnas Hidayatullah yang berlangsung pada 20-25 November 2018.
Menyitir Surat Al-Muddatsir ayat 1-3, Aziz mengatakan, merujuk pada petunjuk al-Qur’an, bahwa yang dituntun Allah untuk senantiasa mengucapkan takbir, adalah para pejuang (agama).
Hal ini dikarenakan tantangan para pemaku dakwah itu akan banyak tantangan.
Melalui Surat Al-Muddatsir itulah, kata Aziz, Allah mengingatkan agar setiap pejuang jangan takut, karena yang Maha Kuasa (Akbar) itu Allah semata.
Baca: UBN: Kemerdekaan Indonesia Direbut dengan Semangat Takbir
Fungsi Takbir
Aziz kemudian mengklasifikasikan, bahwa ada tiga macam fungsi takbir dipekikkan oleh pejuang.
“Pertama,” urainya, “guna mengalahkan musuh terbesar orang beriman, yang 24 jam berusaha menggelincirkan manusia; setan.”
Setan menjadi musuh utama, karena bisa menjerumuskan ke kesesatan, yang berujung pada neraka.
Kedua; takbir menghilangkan dominasi penguasaan hawa nafsu. Seperti pengecut, malas, dan sebagainya.
Bila nafsu mendominasi, maka berpotensi menggiring diri menjadi munafik. Umpamanya dengan bermalas-malasan menegakkan shalat. Ini adalah salah satu cirinya.
“Dalam sebuah doa, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menuntun, agar kaum Mukminin berlindung dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, kikir, serta terlilit hutang,” ujar Aziz.
Sedangkan fungsi yang ketiga; takbir dipekikkan untuk mengalahkan musuh-musuh Islam/Allah, selain Iblis. Seperti Fir’aun, Namrud, Qarun, dan sebagainya.*