Lanjutan artikel PERTAMA
Keberhasilan aksi-aksi ini dan kebingungan yang dialami penjajah Zionis telah menyemangati wilayah-wilayah Tepi Barat lainnya untuk melakukan aksi-aksi serupa.
Fenomena sniper yang menjadi impian para pemuda Intifada, telah memberi dorongan yang kuat keseharian Intifada al-Quds dan peristiwa-peristiwanya, serta memaksa pimpinan militer Zionis untuk mengambil keputusan-keputusan serius, yang menunjukkan sejauh mana kengerian yang dialami Zionis pada jiwa mereka akibat aksi-aksi “sniper” terakhir.
Karena itu, bila penjajah Zionis terus melakukan aksi-aksi jahatnya, maka hal itu akan menjadi pendorong besar aksi balasan atas serangan tersebut dan para pemuda akan semakin melancarkan serangannya dengan lebih akurat dan trampil, untuk menimbulkan rasa sakit para Israel dan mencegah mereka melanjutkan kejahatannya.
Adanya aksi-aksi serangan senjata api melalui munculnya fenomena “sniper” ini merupakan bukti jelas akan arah Intifada al-Quds dari aksi spontan tanpa target sepesifik ke aksi-aksi yang lebih akurat, yang bisa menimbulkan kerugian lebih besar di pihak Zionis, juga dari aksi-aksi individu ke aksi-aksi terorganisir dan terarah.
Trauma dan Histeria
Kalangan akademisi Israel mengungkap fakta baru meninggkatnya kekhawatiran yang dialami warga Israel menyusul kondisi keamanan. Terutama apa yang mereka takuti dari “operasi pisau” dan “Sniper Hebron”.
Berdasarkan hasil penelitian di Akademi Tel Hai mengungkapkan, jumlah warga Israel yang mengalami trauma hingga histeris meningkat tajam, dibanding dengan empat bulan sebelumnya (sebelum operasi Intifada digelorakan olah pemuda Palestina).
Profesor Shaol Kemhi, Profesor Yohanan Ashel dan Profesor Muli Lahid dari Fakultas Ilmu Jiwa di akademi tersebut menyebutkan, berdasarkan hasil penelitan disimpulkan kondisi keamanan terakhir atau aksi-aksi perlawanan yang terjadi di kalangan masyarakat Israel menyebabkan mereka histeris dan traumatic.
Berdasarkan data terdapat peningkatan yang cukup mengkhawatirkan, terkait perasaan terancam dari kalangan masyarakat Israel menyusul aksi penusukan yang dilakukan para pemuda Palestina.
Sementara itu, menurut Koran Yedeot Aharonot dalam sisipan pekanan menyebutkan, dibanding dengan empat bulan sebelumnya, ada perbedan yang mencolok terkait jumlah warga yang ketakutan akibat kondisi keamanan.
Pada bulan Juli lalu, jumlah warga yang menyatakan ketakutanya menyusul kondisi keamananya mencapai satu juta jiwa. Kini warga yang mengatakan hal tersebut mencapai 1,5 juta jiwa. Sementara lebih dari setengah juta jiwa mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam atas kondisi negaranya.
Sementara itu, lebih dari 126 ribu Israel masih sangat ketakutan. Mereka bahkan pada mengunjungi psikiater untuk memeriksakan kondisi kejiwaan mereka. Mereka merasakan tertekan stress, kehilangan kemampuan bekerja serta perubahan kondisi kejiwaan yang tiba-tiba berubah.
Walau warga Israel yang mengalami dampak langsung dari operasi perlawanan relative sediikit, namun 1,8 % rakyat Israel hidup dalam ketakutan dan jumlahnya terus meningkat.*