Hidayatullah.com–Tentara Mesir hari Kamis (24/12/2015) membunuh seorang pemuda Palestina Ishak Khalil Hassan (28) asal kampung Zaitun di kota Gaza, yang sedang mengalami gangguan mental akibat keterlambatan pembobatan sakitnya karena gerbang Rafah terus ditutup oleh pihak Otoritas Mesir.
Televisi Al Jazeera, Jumāat (25/12/2015) sebagaimana dikutip PIC, menampilkan pemandangan yang menunjukkan pembunuhan terhadap Ishak Hassa oleh tembakan militer Mesir, pada saat dia melintas di daerah pantai perbatasan hanya beberapa meter saja, sebelum akhirnya diberondong peluru hingga gugur pada saat itu juga.
Korban melintas perbatasan dengan telanjang bulat. Nampak dalam video anggota keamanan Palestina berteriak meminta tentara Mesir agar berhenti menembak karena pemuda tersebut menunjukkan perilaku bahwa dia sedang mengalami gangguan mental.
Ayah korban, Haji Khalil Hassan mengatakan, Ishak Hassan menderita luka di kedua kakinya pada tahun 2007 akibat serangan pasukan penjajah Zionis terhadap mobil umum dekat rumahnya yang pada saat itu dia sedang lewat dekat mobil tersebut.
Dia sudah menjalani operasi untuk menyembuhkan lukanya di Mesir beberapa tahun lalu dengan ditemani ibunya. Namun kepergian dia yang terakhir ke Mesir tidak terlaksanakan karena pihak Mesir terus menutup gerbang perbatasan Rafah.
Dengan sangat sedih ibunya menceritakan bahwa dia telah berangkat bersama anaknya setelah terluka di pergelangan kaki (lutut) kananya dengan adanya beberapa sisa benda di kaki kirinya sehingga sangat mengganggu geraknya.
āAnak saya tidak bisa tidur malam karena nyeri di pergelangan kakinya, dia sangat menderita akibat tidak bisa pergi untuk berobat ke Mesir, karena gerbang perbatasan Rafah terus ditutup.ā
Menurut ibunya, Ishak Khalil Hassan dinilai mengalami tekanan psikis karena lamanya dia tidak bisa berobat. Dia hanya diobati dengan obat anti nyeri saja.
Keluarga Hassan menunjukkan dokumen resmi yang membuktikan bahwa anaknya terluka dan sudah berusaha untuk melintas perbatasan dengan tujuan berobat setelah putus asa pergi lewat gerbang Rafah tidak kunjung bisa.
Dia menjelaskan bahwa anaknya sudah berusaha 3 kali untuk berobat dan pergi ke Mesir, namun selalu dicegah. Dia menjelaskan, sakit yang teramat sakit yang dialaminya telah mendorong dia untuk melintas perbatasan secara damai, dengan tujuan untuk berobat dan meringankan jiwanya dari rasa sakit yang dideritanya.
Keluarga meminta militer Mesir agar menyerahkan jasad anaknya, menghormati adat dan tradisi Islam serta hukum internasional, dan menghormati pemakaman sang putera.
Merespon kejahatan tentara Mesir terhadap Ishak Hassan, aktivis Palestina melucurkan hashtag #untuk apa mereka membunuhnya, di situs jejaring sosial twitter. Secara interaktif mereka mengomentari potongan video yang menunjukkan penembakan seorang pemuda Palestina oleh tentara Mesir.
Berdarah Dingin
Sementara itu, Komandan Keamanan Nasional di Jalur Gaza, Brigadir Jenderal Naim Ghoul dikutip PIC menegaskan pembunuhan yang dilakukan militer Mesir ādengan darah dinginā bukanlah yang pertama.
Dia mengingatkan tentara Keamanan Nasional sudah berusaha mencegah Ishak Hassan namun tidak berhasil, sementara itu pihak Mesir tidak menghiraukan teriakan dan seruan para tentara Keamanan Nasional agar tidak menembak.
āPeristiwa ini bukan peristiwa pertama yang dilakukan militer Mesir membunuh warga Palestina dengan darah dingin. Sebelum ini mereka membunuh Iyad al-Haubi, nelayan Miqdad, dan sejumlah pekerja terowongan di selatan Jalur Gaza,ā ujar Brigadir Jenderal Naim Ghoul dikutip PIC Sabtu (26/12/2015) malam. [Baca: Mesir Banjiri Terowongan Gaza Air Laut, Puluhan Pekerja Selamat dari Kematian ]
Ibu korban heran dengan tindakan tentara Mesir yang menembak anaknya dengan sengaja. Meski anaknya berusaha melintas perbatasan dengan telanjang, yang menunjukkan bahwa dia tidak membawa apa-apa dan tidak membahayakan.
Haji Khalil Hassan menyerukan kepada tentara Mesir agar memperlakukan tetangganya dengan prinsip-prinsip bertetangga yang baik sebagaimana diajarkan oleh agama Islam.
āUntuk apa mereka membunuh dia, untuk apa?ā ujar Haji Khalik mempertanyakan sikap Mesir.*